Sukses

Kemandirian Penyintas Gempa Sigi di Masa Pandemi Covid-19

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulteng menginisiasi pelatihan pembuatan cairan pembersih herbal bagi penyintas bencana di Kabupaten Sigi.

Liputan6.com, Palu - Tingginya jumlah korban Covid-19 memicu meningkatnya kebutuhan antiseptik maupun hand sanitizer yang celakanya semakin langka dan tinggi harganya. Menimbang kondisi ini, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulteng menginisiasi pelatihan pembuatan cairan pembersih herbal bagi penyintas bencana di Kabupaten Sigi. 

Umumnya orang mengira cairan pembersih seperti antiseptik maupun hand sanitizer hanya bisa didapat dengan membeli di tempat-tempat belanja. Imbasnya, kelangkaan barang dan harga yang melonjak menjadi masalah, terutama bagi masyarakat prasejahtera.

Masalah itu kini juga dihadapi para penyintas gempa dan likuefaksi di Sigi, yang masih tinggal di Hunian Sementara (huntara). Mereka menjadi salah satu kelompok yang paling rentan terpapar virus.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Sulawesi Tengah menggagas pelatihan pembuatan hand sanitizer (pembersih tangan) dan disinfektan alami kepada warga penyintas di huntara di Desa Lolu Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi.

“Kami memang prioritaskan masyarakat yang rentan seperti penyintas gempa. Saat ini mungkin sangat sulit bagi penyintas di sini (huntara lolu) membeli pembersih seperti itu. Dengan pelatihan ini mereka nanti bisa membuat sendiri,” kata Kepala BPTP Sulteng, Fery Fahrudin Munier di huntara desa Lolu, Jumat (3/4/2020).

Salah satu penyintas di huntara desa Lolu, Rahma (37 th) mengungkapkan, ilmu baru yang didapatnya sangat bermanfaat dalam situasi bahaya virus Corona Covid-19. Apalagi kompleks hunian sementara yang mereka tempati berdekatan satu sama lain dengan kondisi lingkungan yang rentan penyakit.

“Jangankan beli pembersih tangan atau semacamnya. Sosialisasi tentang virus itu dan pencegahannya saja kami belum dapat sampai sekarang. Dengan cara ini kami bisa mandiri membuat pembersih (hand sanitizer),” Rahma mengungkapkan.

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bahan Alami dan Melepas Ketergantungan Pada Produk Pasaran

Kepala BPTP Provinsi Sulteng Fery Fahrudin Munier mengatakan pelatihan tersebut juga untuk memberikan kesempatan kepada warga untuk berdaya melawan penyebaran virus tersebut. Keahlian para penyintas di Desa Lolu ini diharapkan bisa disebarkan ke penyintas-penyintas lain, agar mereka bisa terhindar dari Corona Covid-19 tanpa terbebani secara ekonomi. 

Bahan alami yang bisa digunakan untuk membuat antiseptik dan disinfektan yang dipraktikkan petugas BPTP Sulteng Jumat pagi (3/4/2020) adalah Jeruk, daun sirih dan sereh. Bahan-bahan itu lalu di ekstrak atau ditim. Sementara hand Sanitizer menggunakan bahan jeruk, minyak zaitun dan aloe vera dari lidah buaya yang diblender hingga halus benar.

Fery menjelaskan sirih digunakan karena punya kandungan antiseptik yang tinggi yang bisa menghambat perkembangan mikroba. Sedangkan jeruk mengandung alkaloid yang juga mampu menghambat microbial juga sebagai penetral warna dan bau yang sedap. Semua bahan yang digunakan punya fungsi pembersih.

“Ilmu yang kami bagi antiseptik dan disinfektan herbal yang menggunakan bahan alami dan mudah di dapat juga aman. Jadi tidak terlalu membebani penyintas,” Fery menjelaskan.

Selain melatih, para penyintas di lokasi tersebut juga diberikan pembersih yang telah dibuat pihak BPTP Sulteng untuk langsung digunakan.

“Ya tentu kami berharap semua ini meringankan beban penyintas di tengah pandemi Covid-19 dan semangatnya bisa menyebar ke yang lain. Bahwa sebenarnya menjaga kebersihan tidak harus selalu bergantung pada produk pasaran,” Fery memungkas. 

3 dari 3 halaman

Simak juga video menarik berikut ini: