Sukses

Wamendes: Budaya Gotong Royong Jadi Kekuatan Bangsa Saat Pandemi Covid-19

Lebih lanjut mengenai pandemi Corona Covid-19, Wamendes menyampaikan berulang kali untuk menyetop arus mudik ke desa.

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Budi Arie Setiadi mengaku terharu masih adanya orang-orang baik yang peduli dengan orang lain di tengah masa sulit seperti saat pandemi Corona Covid-19 ini.

"Di tengah kesulitan, selalu muncul solidaritas. Beberapa hari terakhir, saya banyak sekali mendapatkan kiriman gambar atau foto seperti ini. Ada ibu sepuh yang menaruh bungkusan mi instan di depan pagar rumahnya. Mempersilahkan siapa yang membutuhkan untuk mengambilnya," ujar Budi, Sabtu, 4 April 2020.

Tidak hanya itu, Budi melanjutkan, ada juga Keranjang Solidaritas dari warga Banjar Padang Tawang, Canggu, Kuta Utara, Bali. Keranjang ini mempersilahkan orang yang membutuhkan untuk mengambil barang dalam keranjang tersebut. Tidak hanya itu, orang yang berkelebihan pun bisa memasukkan barang-barang kebutuhan hidup ke dalam keranjang ini.

"Ini adalah salah satu contoh, Saya mendegar inisiatif seperti muncul dari segala penjuru," dia mengatakan.

Menurut Budi, budaya gotong royong ini merupakan kekuatan negara dalam menghadapi bencana, seperti saat pandemi corona covid-19.

"Salah satu kekuatan kita sebagai bangsa adalah kita memiliki tradisi menyame braya, gotong royong, sambatan, yang masih hidup dalam berbagai komunitas. Ini adalah modal sosial yang sangat penting setiap terjadi bencana," ceritanya.

Hal ini, dia mengatakan, sudah terbukti ketika gempa di Daerah Istimewa Yogyakarta. "Saya ingat waktu gempa besar di DIY, kampung saya di Rejodani Sleman, membuat dapur umum untuk membantu saudara-saudara yang terkena musibah di Bantul. Dan ini dilakukan dengan secara voluntary," kata dia.

Lebih lanjut mengenai pandemi Corona Covid-19, Wamendes menyampaikan berulang kali untuk menyetop arus mudik. Hal ini untuk menjaga desa terhindar dari Corona Covid-19. Pasalnya, desa harus tetap menjadi pusat produksi untuk menyuplai barang-barang kebutuhan dasar khususnya pangan ke kota.

"Jika desa hancur risikonya bisa hancur semua struktur sosial dan struktur produksi kita sebagai bangsa," dia menegaskan.

Salah satu upaya, penyetopan arus mudik ini yaitu dengan solidaritas masyarakat. Dengan begitu, para perantau yang tidak bekerja, mengurungkan niatnya kembali ke kampung karena tidak lagi khawatir hidup kekurangan di perantauan selama masa siaga Corona Covid-19.

Simak video pilihan berikut ini: