Liputan6.com, Sigi - Belasan umat nasrani penyintas gempa di Sigi, beribadah perayaan hari raya Paskah di Hunian Sementara (Huntara) untuk mencegah penyebaran virus Corona. Meski diikuti belasan warga, ibadah tersebut tetap menjaga jarak aman sesuai anjuran pemerintah. Momen Paskahpun dijadikan penyintas sebagai hikmah untuk bangkit.
Empat keluarga yang tinggal di huntara penyintas gempa di Desa Lolu, Kabupaten Sigi tidak lagi melaksanakan ibadah Paskah di gedung gereja pada minggu pagi (12/4/2020), itu karena adanya pembatasan untuk mencegah penyebaran virus Corona. Perayaan ibadah pun dilaksanakan dengan sederhana.
Advertisement
Baca Juga
Ibadah itu diikuti 16 jemaat. Mereka menggunakan salinan tata ibadah dari gereja sebagai panduan ibadah. Semangat mencegah virus Corona Covid-19 tampak dalam ibadah ini.
Tempat duduk jemaat diatur berjarak. Sementara tradisi berjabat tangan antarjemaat ditiadakan. Pun sebelum masuk ke lorong tempat dilangsungkannya ibadah, tempat cuci tangan telah tersedia.
Pemimpin Ibadah Paskah yang juga penghuni huntara Desa Lolu, Pendeta Natola Laoli mengungkapkan, ibadah tanpa ke gereja sudah sebanyak sempat kali dilaksanakan jemaat di huntara Desa Lolu, mulai dari ibadah minggu, jumat agung sampai pada ibadah perayaan kebangkitan atau Paskah pada minggu pagi.
“Sejak 29 Maret kami ibadah di huntara masing-masing. Ibadah hari ini, karena hanya ada 4 keluarga jadi kami gabung saja,” Pemimpin Ibadah Paskah Huntara Desa Lolu, Pdt Natola Laoli menjelaskan, Minggu (12/4/2020).
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Momentum Kebangkitan untuk Menguatkan
Perayaan Paskah yang meriah seperti sebelumnya di Huntara Desa Lolu tahun ini memang senyap. Tidak ada lagi perlombaan untuk anak-anak sekolah minggu semisal balap karung, makan kerupuk, dan menyanyi, atau membaca Alkitab untuk orang dewasa.
Yang masih ada hanya tradisi mencari telur paskah, itupun hanya beberapa sajam tidak sebanyak sebelumnya dengan jumlah seratusan.
“Dulu sejak Jumat Agung lomba-lomba sudah kami gelar, suasananya meriah. Tapi saat ini karena kondisi, semua ditiadakan demi kepentingan bersama,” Cerita Pemimpin Ibadah Paskah Huntara Desa Lolu, Pdt Natola Laoli.
Para jemaat yang mengikuti ibadah Paskah di huntara Desa Lolu itu sendiri sebagian besar adalah Jemaat Patmos Jonooge Protestan. Mereka adalah penyintas asal Desa Jonooge, Sigi, yang pada tahun 2018 lalu kehilangan rumah, harta benda, dan gereja tempat mereka beribadah karena likuefaksi.
Namun Pendeta Natola Laoli dan para jemaat di Desa Lolu mengaku meski dengan suasana apapun, suka cita Paskah tetap harus ada dalam diri umat kristiani. Suka cita yang terasa relevan dengan kondisi saat ini yang mereka hadapi, sebagai penyintas gempa dan di tengah pandemi wabah.
“Bencana itu ada hikmahnya. kebangkitan Yesus adalah menebus, menghilangkan semua penyakit dan mengalahkan maut,” tutur Pdt Natola Laoli.
Advertisement