Liputan6.com, Jakarta - Makkah sepi
Madinah sunyi
Kakbah dipagari
Advertisement
Masjid tutup
Jamaah bubar
Jumat batal
Umrah di stop
Haji tak pasti
Lafadz adzan berubah
Salaman dihindari
Corona datang
Seolah-olah membawa pesan
Ritual itu rapuh!
Ketika Corona datang
Engkau dipaksa mencari Tuhan
Bukan di tembok Kakbah
Bukan di dalam masjid
Bukan di mimbar khutbah
Bukan dalam thawaf
Bukan pada panggilan azan
Bukan dalam salat berjamaah
Bukan dengan jabat tangan
Melainkan,
Pada keterisolasianmu
Pada mulutmu yang terkunci
Pada hakikat yang tersembunyi
Corona mengajarimu,
Tuhan itu bukan (melulu) pada keramaian
Tuhan itu bukan (melulu) pada syariat
Tuhan itu ada pada jalan keterputusanmu
Dengan dunia yang berpenyakit
Corona memurnikan agama
Bahwa tak ada yang boleh tersisa
Kecuali Tuhan itu sendiri
Temukan Dia!
Barisan kata-kata sarat makna itu tiba-tiba masuk, menyelinap begitu saja di antara obrolan di grup chat online keluarga dan teman. Menyebar dengan cepat bak virus itu sendiri, menyentil banyak orang yang membacanya. Belakangan diketahui puisi itu bukan ciptaan Gusmus seperti yang banyak dibicarakan, tapi Said Muniruddin, seorang aktivis 98 asal pedalaman Aceh. Â
Baca Juga
Terlepas dari siapa yang menulis, satu pesan yang ingin disampaikan penyair itu di tengah pandemi: temukan Tuhan dalam sunyi. Itu yang mungkin susah dilakukan para jemaah Ijtima Tablig Gowa. Meski Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah telah membatalkan acara tersebut H-1 sebelum acara itu digelar pada 19-22 Maret 2020, demi mencegah penyebaran virus corona, nyatanya ribuan Jemaah dari daerah dan negara tetangga tetap berdatangan ke Pakkato, Gowa.
Bahkan Nurdin mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Bupati Gowa dan Kapolda Sulsel meminta acara pengumpulan jemaah itu ditunda karena kekhawatiran penyebaran virus corona. Namun, panitia lokal tak menggubris dan tetap nekat menggelar acara tersebut.
"Ternyata panitia lokal tetap melaksanakan acaranya sehingga ribuan peserta dari sejumlah daerah di Indonesia dan ratusan dari luar negeri terlanjur hadir melalui pelabuhan dan bandara," katanya.
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Simak juga video pilihan berikut ini:
Klaster Baru yang Mengerikan
Tak mau kecolongan, Pemprov Sulsel tegas membubarkan acara Ijtima Tabblig Gowa tersebut. Meski pada kenyataannya, ribuan orang dari berbagai daerah dan negara lain sudah terlanjut berdatangan. Nurdin pun membuat strategi, paling tidak bisa meminimalisir potensi penyebaran virus corona di tengah kerumunan orang yang sudah terlanjur datang.
Nurdin Abdullah langsung menyediakan sejumlah bus untuk mengangkut para rombongan peserta kegiatan jemaah itu untuk pulang ke wilayah asal masing-masing. Khusus yang berasal dari Sulsel sendiri diharuskan isolasi di tempat yang ditunjuk kepala daerah setempat selama 14 hari.
Sementara jemaah yang berasal dari luar Sulsel harus melaksanakan karantina diri di asrama haji di Makassar. Semua kebutuhan selama karantina ditanggung pemprov.
Namun genap 15 hari usai pembubaran acara Ijtima Tablig Gowa itu, tepatnya 3 April 2020, dilaporkan satu orang berinisial SB (47) warga Kotawaringin Barat, Kalimantan Timur, terkonfirmasi positif virus corona (Covid-19). Hasil tracing mengunjukkan, pasien merupakan salah satu jemaah yang hadir di Ijtima Tablig Gowa. Pada 31 Maret dirinya dirujuk ke RSUD Sultan Imanuddin, Pangkalan Bun, dan dinyatakan positif virus corona dari hasil rapid test pada 3 April.
Di hari yang sama, satu orang berinisial M (59), warga Pengempel Indah Bertais, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) dinyatakan positif virus corona (Covid-19). Saat dirujuk ke RSUD Mataram pada 29 Maret, pasien yang mengalami batuk dan sesak napas itu diketahui sebagai salah satu jemaah yang hadir di Gowa.
Â
Advertisement
Menyebar ke Banyak Daerah
6 April 2020, dilaporkan dua orang jemaah Ijtima Tablig Gowa asal Kalimantan Utara dinyatakan positif virus corona (Covid-19). Keduanya berinisial SA dan RK, warga Selumit Pantai dan Karang Anyar. Keduanya menambah banyak daftar orang yang terpapar virus corona di Kalimantan Utara.
Di hari yang sama, Pemkab Barito Timur mengumumkan wilayahnya menjadi zona merah virus corona (Covid-19), setelah salah satu warganya dinyatakan positif Covid-19. Warga berinisial D (55) diketahui sempat hadir di acara Ijtima Tablig Gowa.
10 April 2020, Gubernur Gorontalo Rusli Habibie dengan berat hati mengumumkan kasus virus corona (Covid-19) pertama di Gorontalo. Pasien merupakan warga Kabupaten Bone Bolango yang punya riwayat perjalanan ke Gowa untuk menghadiri Ijtima Tagblig. Hari itu juga, Lombok Utara mengumumkan pasien positif virus corona (Covid-19) pertama di wilayah tersebut. Hasil tracing mengunjukkan pasien merupakan salah satu jemaah yang hadir di acara Ijtima Tablig Gowa.
Tak mau wabah makin meluas, Pemprov Gorontalo langsung menaikan status wilayahnya menjadi tanggap darurat, dan memerintahkan semua orang yang hadir di acara Ijtima Tablig Gowa untuk melapor dan bersedia diperiksa.
 "Semua jemaah Gorontalo yang sempat ikut kegiatan ijtima jemaah tablig di Gowa, kami mohon kerjasamanya. Mohon lebih jujur. Silakan datang petugas kesehatan untuk memeriksakan diri," ujar Rusli Habibie.
Pemprov Gorotalo juga telah menyiapkan asrama haji Provinsi Gorontalo sebagai tempat isolasi para jemaah tersebut.
"Kita akan tracing semua. Jemaah yang pernah kontak, keluarganya. Termasuk barang-barangnya," ungkap Rusli.
Selang dua hari, tepatnya 12 April 2020, Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Pohuwato, Syaratif Mbuinga mengatakan, rapid test lima orang jemaah asal Pohuwato yang hadir di acara Ijtima Tablig Gowa menunjukan hasil positif virus corona (Covid-19). Temuan ini memperbanyak daftar pasien positif virus corona di Gorontalo.
Pada 12 April 2020 ditemukan juga satu keluarga di Palu dinyatakan positif virus corona (Covid-19). Satu keluarga itu terdiri dari ibu dan dua orang anak, diketahui ketiganya tertular virus corona dari ayah yang memiliki riwayat perjalanan ke Gowa untuk mengikuti Ijtima Tablig Dunia. Kini ke-empatnya sudah berada di ruang isolasi RSU Anutapura.
Â