Sukses

Bantu Tenaga Medis, Penjahit di Kota Tarakan bikin Hazmat

Seorang penjahit di Kota Tarakan, Kalimantan Utara membuat baju hazmat yang kemudian disumbangkan ke rumah sakit rujukan Covid-19.

Liputan6.com, Tarakan - Seorang penjahit asal kota Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara), membuat baju pelindung untuk tenaga medis yang menangai pasien Covid-19. Ahmad Riyanto, nama penjahit itu, terketuk pintu hatinya untuk ikut berkontribusi membuat alat pelindung diri (APD).

Karena kebutuhan APD amat tinggi dalam mengatasi pandemi Covid-19, jadi alasan Riyanto menggerakan mesin jahitnya. Dia pun dengan sukarela membuat baju hazmat.

Baju Hazmat yang ia jahit bukanlah pesanan, melainkan khusus diperuntukkan bagi petugas medis yang menjadi garda terdepan dalam penanganan Covid-19. Apalagi kota berbentuk pulau ini sudah disebut sebagai daerah terjangkit karena telah terjadi penularan lokal.

Pembuatannya pun tak sembarangan, karena pakaian khusus ini merupakan alat pelindung diri maka pembuatannya pun harus sesuai dengan standar rumah sakit. Sebelum diproduksi, Riyanto sudah berkonsultasi kepada ahli medis sehingga memenuhi standar kesehatan.

"Karena keprihatinan melihat APD yang dipakai petugas medis tidak standar, sebelumnya mereka kan hanya memakai jas hujan, dari situlah akhirnya terketuk untuk membuatkan baju APD gratis yang lebih aman dan safety tentunya," kata Riyanto kepada Liputan6.com, Senin (20/4/2020).

Dibantu oleh dua rekannya, Muhammad Husaini Ismail Baraqbah dan Andik Susanto, tahap awal telah memproduksi sebanyak 20 set baju hazmat. Pengerjaannya dimulai sejak 4 April 2020 dan telah diserahkan ke Rumah Sakit Umum Kota (RSUK) Tarakan yang merupakan rumah sakit rujukan Covid-19.

Simak juga video pilihan berikut

2 dari 2 halaman

Banyak yang Ikut Berdonasi

Seiring berjalannya waktu, misi kemanusian yang mereka jalankan pun akhirnya mulai dilirik oleh banyak pihak. Mereka ikut berdonasi dalam pembuatan baju hazmat itu.

"Awalnya menggunakan dana pribadi kita, tapi karena sudah ada yang mulai berdonasi, jadi saat ini kami tetap akan produksi dari hasil donasi para relawan. Selanjutnya APD nanti diserahkan ke Dinas Kesehatan Tarakan, mereka yang salurkan ke rumah sakit yang menjadi rujukan Covid-19" jelasnya

Berbekal pengalaman sebagai penjahit, pria yang akrab dipanggil Cakto ini bercerita telah memproduksi 100 set APD. Pengerjaanya dilakukan di tempat biasanya menerima orderan jahitan yakni di Cakto Tailor & Galery yang terletak di Jalan Ladang Dalam, RT 10, Kelurahan Pamusian, Kota Tarakan.

Untuk satu set baju hazmat, ia hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Satu baju membutuhkan 2,5 meter kain dan satu meter tali karet untuk pergelangan tangan dan kaki, serta pinggang.

Riyanto menyebut kendalanya dalam membuat baju hazmat ini adalah jumlah tenaga sehingga pengerjaan tidak bisa cepat dilakukan. Maka ia pun mencari relawan yang siap membantu dalam memproduksi APD.

"Karena APD ini sangat dibutuhkan tenaga kesehatan, kita harapkan ada yang ingin menjadi relawan sehingga proses pengerjaan pun cepat dan langsung disalurkan ke tenaga kesehatan, kita sama-sama memberikan dukungan kepada mereka,” pungkasnya.