Liputan6.com, Blora - Jika di Rembang, Jawa Tengah, ada sebuah makam tokoh pelopor kebangkitan perempuan indonesia Raden Ayu (R.Ay) Kartini, yang tertulis di batu nisannya Raden Ajeng (R.A) Kartini Djojo Adhiningrat, berbeda dengan di Blora. Di Kabupaten paling timur Jawa Tengah itu ada sebuah makam tokoh perempuan yang tak kalah hebat, masyarakat setempat mengenalnya dengan Toemenggoeng Rondo.
Toemenggoeng Rondo punya nama asli Raden Ayu Toemenggoeng (R.Ay.T.) Wilotikto. Dia merupakan Bupati Blora pada 1763 hingga 1767. Artinya, tokoh ini ada sebelum R.Ay. Kartini dilahirkan di Kabupaten Jepara pada 21 April 1879.
Advertisement
Baca Juga
"Disebut Toemenggoeng Rondo karena janda tidak punya anak. Pernah punya anak tapi meninggal muda," ujar Raden Ayu (R.Ay.) Widyasintha Putrakusuma, sejarawan Blora kepada Liputan6.com, Selasa (21/4/2020).
Menurutnya, sejarah mencatat Toemenggoeng Rondo adalah istri dari Raden Toemenggoeng (R.T.) Wilotikto. Pada 1762 diangkat bersama R.T. Djajeng Tirtonoto oleh Sri Susuhunan Pakubuwono III menjadi bupati kembar.
Kabupaten Blora, kata dia, pada masa itu ada dua wilayah yaitu bagian barat disebut Kasepuhan dipimpin oleh R.T. Wilotikto sedangkan bagian timur disebut Kanoman dipimpin oleh R.T. Djajeng Tirtonoto.
"R.T. Wilotikto dan R.T. Djajeng Tirtonoto Diangkat bupati kembar karena berhasil menumpas pemberontakan Raden Guntur yang dirasakan sangat meresahkan warga dan mengancam wilayah kekuasaan Kasunanan Surakarta," ucap sejarawan muda Blora itu.
Â
Simak juga video pilihan berikut ini:
Emansipasi Perempuan
Widyasintha menjelaskan, wilayah kekuasaannya zaman dulu tidak seperti zaman sekarang yang tata kelolanya ada istilah eksekutif dan legislatif maupun sejenisnya, untuk menentukan prioritas pembangunan demi majunya sebuah daerah ataupun kabupaten.
"Sepeninggalnya R.T. Wilotikto pada tahun 1763 Masehi, Toemenggoeng Rondo menjadi Bupati Blora penerusnya," kata dia.
Toemenggoeng Rondo, kata dia, melakukan pekerjaan yang biasanya dilakukan laki-laki pada masanya.
"Era-era itu tugas daerah umumnya dilakukan pria, tapi dulu itu di Blora sudah ada dijalankan wanita sebelum R.Ay. Kartini memperjuangkan emansipasi perempuan," ucap Widyasintha menjelaskan sedikit kiprah bupati perempuan itu pada masa lalu.
Dia mengungkapkan, Toemenggoeng rondo adalah dapur kaputungan watang (kakak beradik) dari Bupati Blora Kanoman R.T. Djajeng Tirtonoto.
Sementara itu, Ing Ratna Tirtonoto salah satu keturunan Bupati tempo dulu menambahkan, Toemenggoeng Rondo menjadi Bupati Blora selesai pada 1767.
Satu tahun setelah itu, kata dia, tepatnya pada 1768 oleh Susuhunan Pakubuwana III, kemudian Kabupaten Blora bagian barat 'Kasepuhan' dan bagian timur 'Kanoman' disatukan.
"Sejak saat itu Blora mulai dipimpin oleh satu orang bupati bernama R.T. Djajeng Tirtonoto," jelas dia.
Ing Ratna Tirtonoto menuturkan, tidak jauh dari Komplek Makam-nya R.Ay. Kartini di Desa Mantingan, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang, terdapat makam tokoh perempuan yang tidak kalah hebat yang dikebumikan dibeda Kabupaten, yakni Komplek Makam Tirtonatan di Desa Ngadipurwo, Kecamatan Blora kota.
"Dari Komplek Makam Kartini Rembang ke Komplek Makam Tirtonatan Blora hanya butuh perjalanan sekitar 20 hingga 30 menitan jaraknya. Makam Bupati Blora tempo dulu berada disana, termasuk Toemenggoeng Rondo," Pungkas dia menjelaskan.
Advertisement