Liputan6.com, Rembang - Raden Ayu (R.Ay) Kartini, nama itu tertulis di batu nisan di sebuah Kompleks Makam yang terletak di Desa Mantingan, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Dialah pelopor kebangkitan perempuan pribumi yang dikenal hingga kini.
Semasa hidupnya R.Ay. Kartini memiliki sahabat di Belanda, mereka saling bertukar surat, tulisan-tulisan itu kemudian dibukukan dengan judul Door Duisternis Tot Licht atau dalam bahasa Indonesia Habis Gelap Terbitlah Terang.
Dalam buku tersebut terdapat sejumlah kutipan inspiratif, yang menjadi penggerak bagi kaum wanita saat ini untuk terus meraih mimpi dan cita-cita.
Advertisement
Baca Juga
Sosok R.Ay Kartini yang penuh kontroversi kemudian memantik diskusi daring di Grup Whatsapp 'Perempuan milenial' yang digelar para mahasiswa di Rembang, Selasa (21/4/2020). Tatik salah satu peserta diskusi mengatakan, terlepas dari kontroversi yang ada, R.Ay. Kartini baginya memiliki jiwa pemberani, optimistis, kepedulians osial yang tinggi, dan penuh kasih sayang.
"Semasa hidup ia seringkali ditentang oleh orang-orang yang ada di sekitarnya," kata Tatik.
Perempuan sebaya pada masanya, kata Tatik, memandang R.Ay. Kartini sebagai perempuan pelanggar norma, padahal yang dilakukannya adalah sebuah keyakinan bahwa perempuan harus berani, terus belajar dan mengejar cita-citanya.
"R.Ay. Kartini juga sosok penyayang terutama pada anak-anak perempuan didikannya. Sifat ini wajib kita miliki sebagai wanita Indonesia agar kita saling mengasihi orang-orang sekitar terutama pada orang yang membutuhkan di sekitar kita," tulis Tatik.
Diskusi kemudian berlanjut, Puji Lestari, mahasiswa yang lain mengatakan, R.Ay Kartini merupakan sosok pembangkang yang penuh sopan santun. Meski dirinya selalu tidak sefrekuensi dengan pemikiran orangtuanya tentang pendidikan, nyatanya dirinya masih sangat menghormati orangtuanya.
"Kita sebagai generasi muda atau di era milenial ini harus bisa mencontoh R.A Kartini untuk tetap semangat berkarya dan mencari ilmu," katanya.
Puji mengatakan, jadilah pembangkang yang sopan, dengan begitu anak-anak muda bisa terus berkarya secara nyata dengan bidangnya masing-masing, tanpa harus meninggalkan pendidikan, nilai-nilai agama, dan sikap cinta tanah air.
"Stres karena banyak tugas kuliah atau sekolah tidak sebanding dengan stresnya orangtua memastikan anaknya tetap bisa sekolah setinggi-tingginya," kata Puji.
Sementara di mata Khusnul Khotimah, peserta diskusi yang lain, R.Ay Kartini merupakan sosok perempuan yang sabar, rajin, dan rendah hati. Dalam perjuangannya, kata dia, banyak mendapat tentangan dan cemoohan dari orang lain tetapi Kartini tetap sabar dengan apa yang diyakininya.
"Sifat rajin ini harus melekat pada pada kaum wanita agar tidak gampang dibodohi," katanya.
Perempuan juga harus berwawasan luas dengan terus membaca dan mencermati berita yang ada, sehingga tidak menelan mentah-mentah berita hoaks yang berseliweran. Perempuan harus punya 'sistem saring' dalam dirinya sehingga tidak mudah diperdaya.
Di akhir diskusi daering, Khusnul dan teman-teman peserta diskusi yang lain mengajak semua anak milenial untuk terus berpikiran positif tanpa harus meninggalkan sikap kritis. Di tengah pandemi virus corona (Covid-19), peran anak muda begitu sentral. Tak perlu menunggu besar atau punya jabatan di pemerintahan untuk bisa membantu negara, di skup kecil di lingkungan masyarakat sendiri, pemuda bisa turut aktif bersama memerangi penyebaran virus corona.
"Kalau bukan kita siapa lagi," kata Khusnul menutup perbincangan.
Penulis: Amel Meila
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.