Liputan6.com, Kendari - Di balik keindahan air terjun Tumburano di Desa Tambaone, Kecamatan Wawonii Utara, Kabupaten Konawe Kepulauan, menyimpan kisah asmara yang diceritakan sejak zaman kuno.
Konon, air terjun yang memiliki dua tingkatan itu, pernah jadi saksi cinta sepasang pemuda bernama Duru Balewula dan kekasihnya Wulangkinokooti.
Air terjun ini, bisa dicapai sekitar 2-3 jam perjalanan dari Wawonii. Hampir semua warga disana tahu bila ada pendatang yang menanyakan keberadaan air terjun legendaris itu.
Advertisement
Lokasinya berada ditengah hutan. Salah satu tebing air terjunnya, memiliki bentuk menyerupai atap rumah yang berwarna kecoklatan. Air terjun ini, memiliki dua tingkat tebing. Setiap tebing, memiliki aliran air yang deras sepanjang musim.
Baca Juga
Tebing paling puncak, memiliki ketinggian tebing sekitar 90 meter dan diberinama tumburantama. Tebing kedua, setinggi 30 meter diberinama tumburantina.
Tempat turunnya air dari kedua tebing, menjadi spot favorit para pendatang dan masyarakat lokal Konawe Kepulauan. Setiap akhir pekan, lokasi ini kerap dijadikan objek wisata favorit warga.
Salah seorang pengunjung, Alief UKS mengatakan, lokasinya cukup keren saat berada di air terjun. Namun, keindahan itu sebanding dengan perjuangan pengunjung saat melalui jalur menuju lokasi.
"Untuk melepas penat dari lelah bekerja, memang sangat cocok. Namun, kami berharap jalannya menuju lokasi lebih baik lagi nantinya," ujar Alief.
Saat ini, air terjun yang sudah terkenal hingga ke sejumlah traveler nasional itu merupakan wisata andalan Konawe Kepulauan. Pemerintah setempat juga sudah mulai membangun sejumlah fasilitas pendukung di sekitar air terjun Tumburano.
<p><strong>**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan <a href="https://www.liputan6.com/donasi/177995/sembuhdaricorona" target="_blank" rel="nofollow">klik tautan ini</a>.</strong></p>
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Kisah Tragis di Tumburano
Seorang warga yang ditugasi menjaga lokasi air terjun Tumburano, Rustam menceritakan, air terjun itu memiliki ketinggian sekitar 80 meter. Zaman dahulu, di puncak gunung di atas air terjun, merupakan tempat leluhur masyarakat Wawonii bermukim.
"Disana, pernah sepasang kekasih mengakhiri hidupnya karena cinta mereka tak direstui," kisah Rustam.
Diceritakan, Duru Balewula merupakan seorang laki-laki, sedangkan Wulangkinokooti merupakan kekasihnya. Konon, Wulangkinokooti memiliki kecantikan yang tak tertandingi hingga akhirnya Duru Balewula langsung jatuh cinta saat pertama bertemu.
"Menurut cerita, Wulangkinokooti ini kulitnya putih sekali. Bila ia makan sirih, bisa kelihatan di lehernya ketika ia menelan sirih itu," ujar Rustam.
Hari berganti, cinta sepasang kekasih itu ternyata tak direstui orang tua perempuan. Maka, kedua orang tua perempuan mulai mencari cara memisahkan keduanya.
"Saat itu, si perempuan disuruh menjaga kapas yang sementara dijemur, sedangkan kedua orang tuanya berangkat ke kebun," lanjut Rustam.
Ternyata Wulangkinokooti lupa mengangkat kapas saat hujan turun karena asyik bercerita dengan Duru Balewula. Kedua orangtua Wulangkinokooti murka dan bersumpah tidak akan merestui hubungan keduanya.
"Ada sumpah yang diucapkan kedua orang tuanya yang tak merestui hubungan mereka. Karena kecewa, sepasang kekasih ini kemudian nekat menjatuhkan diri mereka ke air terjun itu," ujar Rustam.
Advertisement