Sukses

Jemaah Tarawih Kilat di Indramayu Berjarak Ikuti Protokol Covid-19

Salat tarawih kilat tersebut sudah menjadi tradisi di lingkungan ponpes dan Desa Dukuhjati, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu

Liputan6.com, Indramayu - Salat Tarawih menjadi salah satu ibadah yang kerap dilaksanakan selama Ramadan. Meski ditengah pandemi covid-19, di beberapa daerah Pantura Jawa Barat masih melaksanakan ibadah Salat Tarawih menyesuaikan edaran yang dikeluarkan pemerintah pusat.

Seperti yang dilakukan warga sekitar Ponpes Al-Quraniyah Desa Dukuhjati Kecamatan Krangkeng Kabupaten Indramayu. Di ponpes tersebut, melaksanakan ibadah Salat Tarawih kilat.

"Ini sudah tradisi tarawih kilat di tempat kami. Hanya tahun ini lebih cepat satu menit dari tahun sebelumnya biasanya tujuh menit sekarang enam menit," kata Pengasuh Ponpes Al-Quraniyah Indramayu Azun Mauzun, Minggu (26/4/2020).

Azun terbiasa menjadi imam salat tarawih kilat tiap tahunnya. Dia menyebutkan, tarawih kilat tersebut sudah berjalan selama sepuluh tahun.

Bahkan, Azun menyebutkan salat tarawih kilat tersebut sudah menjadi tradisi di lingkungan ponpes dan Desa Dukuhjati Kecamatan Krangkeng Kabupaten Indramayu.

"Anjuran pemerintah meski tetap tarawih yaitu membaca surat pendek di masa pandemi covid-19 ini. Maka otomatis semakin mempercepat durasi salat," kata Azun.

Selain tarawih kilat, dalam pelaksanaannya Azun menerapkan protap pencegahan covid-19. Yakni wajib mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum masuk Masjid untuk kemudian berwudu.

Para jamaah, kata Azun, diwajibkan memakai masker selama salat tarawih kilat berlangsung. Barisan saf salat diatur sesuai jarak minimal satu meter antar jemaah.

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Merespons Kaum Muda

"Salat tarawih kilat ini dilaksanakan sebanyak 23 rokaat, termasuk witir. Salat bisa berlangsung dengan cepat karena dalam pelaksanaannya hanya mengambil yang rukun-rukunnya saja," jelas Azun.

Namun demikian, Azun meniadakan tadarusan atau membaca Alquran bersama di masjid usai tarawih. Azun mengimbau masyarakat tadarusan di rumah.

Dia menjelaskan, gagasan salat tarawih tercepat tersebut merespon kaum muda desa yang sebagian besar tidak pernah ikut tarawih setiap Ramadan.

Para pemuda di Desa Dukuhjati saat itu enggan ikut tarawih dan memilih berkumpul di warung. Para pemuda desa tak ikut tarawih lantaran malu karena kumpul dengan orang tua.

"Kami sudah bolak balik mengajak ikut Tarawih tapi tetap tidak mau akhirnya kami tawarkan salat tarawih tercepat di tempat khusus dan Alhamdulillah mau bahkan sudah mulai mengkaji kitab kuning. Makanya Tarawih kilat ini banyak salah tafsir karena khusus untuk anak muda semua," kata dia.