Liputan6.com, Jayapura - Asida menjadi kuliner wajib yang disajikan saat Ramadan di Kota Pala Fakfak. Meski di tengah corona Covid-19, sajian Asida tetap ada di setiap rumah atau pusat jajanan takjil di Kota Fakfak, Provinsi Papua Barat.Â
Asida memiliki tekstur kenyal seperti dodol. Kuliner ini hanya dapat ditemui saat Ramadan dan kerap diburu di pusat jajanan takjil, untuk menu berbuka puasa.
Samanhudin Iha, warga setempat menyebutkan Asida menjadi menu paling diminati saat berbuka puasa. Selain Asida, menu wajib di Kota Fakfak adalah lontar, sejenis pie susu yang dipanggang dan rasa manis dan lembut.
Advertisement
Baca Juga
Pembuatan Asida amat mudah, berbahan dasar tepung, gula merah, dan sedikit margarin, ditambah campuran rempah-rempah seperti kayu manis, daun pandan, gandamu.
Asida adalah makanan khas dari Timur Tengah yang pertama kali diperkenalkan oleh masyarakat Maluku. Sajian Asida di Maluku hanya dapat ditemui saat bulan suci Ramadan atau momen perayaan adat masyarakat setempat.
Namun, seiring berkembangnya zaman, makanan yang berwarna coklat ini pun banyak dijumpai hingga ke Sorong, Merauke dan di Kota Jayapura, Provinsi Papua.Â
"Banyak yang beranggapan, dimana ada warga dari Ambon di suatu tempat, maka di daerah itu bisa ditemui Asida untuk menu berbuka puasa," kata Roma, perempuan paruh baya dari Ambon.
Â
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Pembuatan Asida
Lina, anak muda yang mahir membuat Asida menyebutkan tehnik pembuatan Asida hampir sama dengan pembuatan dodol. Hanya saja, saat proses pematangan, Asida harus selalu diberi margarin, agar adonan asida benar-benar matang.
"Untuk satu kilo adonan Asida, dari tepung dan gula dibutuhkan waktu proses lebih dari satu jam dengan terus dipanaskan pada api kecil. Cara pengadukan adonan Asida saat di dalam wajan tidak bisa dilakukan sembarang, sebab akan mempengaruhi rasanya. Jika salah pengolahan, Asida akan berasa tepung mentah atau malahan mengeras," kata Lina.
Setelah adonan Asida matang, langsung disajikan dengan lelehan margarin dan ditaburi gula bubuk. Perpaduan warna coklat kehitaman dengan warna kuning margarin dan putihnya gula bubuk dan taburan kayu manis bubuk, semakin menggugah selera.Â
"Asida enak disantap saat panas. Pada dasaranya, Asida rasanya rame. Ada rasa manis dari gula, lalu campur rasa asin dari margarin dan teksturnya kenyal seperti dodol. Bedanya, khas rasa Asida dari campuran rempahan dalam adonan," Lina menambahkan.
Pada pusat jajanan takjil di Fakfak, satu buah Asida dijual dengan harga Rp7000 - Rp10 ribu, tergantung ukuran besar dan kecilnya Asida. Biasanya satu Asida bisa disantap lebih dari satu orang saat berbuka puasa.Â
Advertisement