Â
Liputan6.com, Kupang - Desa Koja Doi yang ada di Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, merupakan salah satu destinasi wisata hits di Nusa Tenggara Timur (NTT). Bahkan desa wisata ini pada 2019 berhasil meraih penghargaan Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA), untuk kategori pengelolaan lingkungan berkelanjutan terkait tata kelola destinasi.
Di tengah pandemi, desa wisata yang terkenal dengan panorama keindahan bukit batu purba, jembatan batu, aneka terumbu karang dan hutan bakau itu kini sepi. Kondisi itu dimanfaatkan pemerintah desa untuk melakukan pembenahan.
Advertisement
Yance Moa, pembina Badan Usaha Milik Desa Monianse Koja Doi yang menaungi destinasi wisata di dalamnya, kepada Liputan6.com, Minggu (3/5/2020) mengatakan, pembenahan destinasi desa wisata tengah dilakukan dengan menggunakan dana Padat Karya Tunai Desa (PKTD).
Baca Juga
Yance mengatakan, dana PKTD dimanfaatkan untuk penataan objek wisata dengan konsep gotong-royong dengan tetap memperhatikan social distancing dan physical distancing sesuai anjuran pemerintah.
Penataan juga dilakukan di berbagai destinasi wisata baru yang sudah direncanakan guna mendukung pengembangan wisata.
"Pandemi corona, tetapi kita melihat juga dari sisi positifnya dengan melakukan pembenahan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pembenahan obyek wisatanya agar semakin menarik untuk dikunjungi," ungkapnya.
Yance mencontohkan, papan informasi tentang jembatan batu, situs bukit batu purba,wisata mangrove sementara sedang disiapkan dan dianggarkan dari dana desa.
Untuk tahun 2021, pemerintah desa dan BUMDes Monianse sudah rencanakan untuk membenahi obyek wisata treking ke puncak bukit pulau besar dengan areal perkemahan termasuk membuat rumah pohon serta menata destinasi mangrove.
"Ditutupnya objek wisata akibat pandemi corona membuat kami mempunyai waktu untuk berbenah termasuk memperkuat SDM masyarakat. Dengan demikian saat akses wisata dibuka kembali kami sudah lebih baik dalam menyambut wisatawan," katanya.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Mati Suri
Sementara Agustinus Bataona ketua Himpunan Pramuwisata Indoensia (HPI) provinsi NTT mengakui, dampak Covid-19 membuat sektor pariwisata di NTT mati suri karena tidak ada wisatawan asing dan domestik yang berkunjung ke tempat wisata. Hal ini, kata Agustinus, membuat pelaku pariwisata kehilangan pendapatan.
"Semua objek wisata ditutup ditambah lagi bayak negara yang masih melakukan penutupan wilayahnya. Ini yang membuat wisatawan tidak melakukan perjalanan wisata karena pemerintah juga mengimbau agar warganya tetap berada di rumah," imbuhnya.
Ia berharap agar pandemi corona segera berakhir sehingga pariwisata NTT kembali normal dan pelaku pariwisata bisa melakukan aktivitas seperti biasa.
Advertisement