Sukses

Mas Menteri, Ini Anak-Anak NTT Setiap Hari Belajar Tanpa Listrik dan Internet

Seperti pelajar di desa Gunung Baru, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, NTT. Mereka terpaksa belajar di bawah lampu pelita, tanpa listrik, apalagi jaringan internet.

Liputan6.com, Manggarai - Belajar di rumah terdengar keren di kota-kota besar selama pandemi corona covid-19. Hal ini mudah terwujud karena jaringan internet dan listrik tersedia. 

Berbeda dengan yang dirasakan pelajar di sebagian wilayah NTT. Pasalnya, sebagian wilayah di provinsi berbasis kepulauan ini masih belum menikmati listrik, apalagi internet.

Seperti pelajar di desa Gunung Baru, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, NTT. Mereka terpaksa belajar di bawah lampu pelita, tanpa listrik, apalagi jaringan internet.

Mereka mengaku tetap semangat belajar meski tidak didukung penerangan pada malam hari di rumah mereka.

"Kalau siang saya kerja soal yang diberikan oleh guru, malam (saya) membaca," ujar Enrico Mauro, pelajar kelas 2 SDI Munda kepada wartawan, Senin (4/5/2020).

Meski serba terbatas, dia mengaku tetap bersemangat menyelesaikan tugas dari guru pada siang hari dan membaca materi-materi pelajaran saat malam hari.

"Bapa dan mama suruh kami kerja soal atau tugas pada siang hari supaya kami bisa membaca soal dengan benar. Kalau malam kami tidak konsentrasi belajar karena gelap," katanya.

Dia mengaku sudah jenuh untuk belajar di rumah. Ia rindu suasana sekolah. Rindu berjumpa teman-teman. Rindu dengan aktivitas belajar mengajar di ruang kelas. Namun, pandemi corona covid-19 membatasi ruang gerak mereka untuk sementara.

Kondisi yang sama juga dialami oleh Meila Apil (8). Siswi kelas 2 SDI Munda tersebut juga terpaksa mengerjakan soal-soal yang diberikan guru dalam rumahnya tanpa listrik. Untuk bisa belajar, orangtuanya menyiapkan lampu pelita sebagai pengganti penerangan.

"Kami tidak punya listrik. Mau bagaimana lagi, ya, apa adanya. Anak-anak kami sudah biasa belajar malam diterangi lampu pelita," kata Ibunda Meila, Rosalia Lona.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

2 dari 3 halaman

Sistem Belajar di Rumah

Salah seorang guru SMPN Satap Munda, Alfonsia Ani mengatakan, sebelum dirumahkan sejak 21 Maret 2020, siswa-siswi di sekolah itu telah diberi tugas rumah secara manual.

"Kami juga beri buku-buku pelajaran dan tema-tema yang harus mereka baca atau belajar mandiri di rumah dengan bantuan orang tua mereka,” katanya.

Pihak sekolah memberi tugas secara manual kepada siswa-siswi selama masa dirumahkan karena belum ada jaringan telepon dan internet di wilayah itu.

"Siswa-siswi kita di sini tidak sama dengan di kota-kota atau tempat-tempat lain yang punya akses jaringan telepon, listrik dan internet yang bisa belajar online," imbuhnya.

Ia mengakui bahwa sebagian besar siswa-siswi terpaksa belajar malam diterangi lampu pelita karena akses Pembangkit Listrik Negara (PLN) belum masuk ke desa mereka.

"Ada siswa yang orangtuanya punya genset, tetapi tidak buka tiap malam karena bahan bakarnya susah," ujarnya.

Ia berharap agar pandemi corona covid-19 cepat berakhir, sehingga siswa-siswi bisa kembali mengikuti proses belajar mengajar di sekolah seperti biasanya.

Sementara itu, Kepala SDI Munda, Bernadinus Mere meminta bimbingan dan perhatian dari orangtua untuk anak-anak selama masa pandemi covid-19.

"Semoga orangtua mereka dapat memberikan bimbingan yang baik, sehingga mereka betul-betul belajar selama masa dirumahkan," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Instruksi Kadis PPO

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO) Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Basilius Teto menginstruksikan kepada seluruh kepala satuan pendidikan di Matim untuk merumahkan peserta didik, guru, dan tenaga kependidikan sejak 20 Maret 2020 lalu.

Ia menyebut, instruksi untuk meliburkan sementara proses pembelajaran di seluruh sekolah di Matim, merupakan langkah kewaspadaan risiko penularan virus corona di lembaga pendidikan.

Menurutnya, selama liburan ini, guru tetap menyiapkan bahan ajar dan melaksanakan pembelajaran dengan memberikan tugas secara manual kepada siswa-siswi.

Ia mengharapkan agar selama peserta didik dirumahkan sementara, orangtua atau wali harus memperhatikan aktivitas belajar anaknya. Ia juga meminta agar selama dirumahkan, peserta didik, guru, dan tenaga kependidikan selalu menjaga kondisi kesehatan.

"Kurangi aktivitas di luar rumah, hindari kontak fisik, selalu cuci tangan dengan air dan sabun," tutupnya.