Liputan6.com, Palembang - Sejarah kejayaan Kesultanan Palembang Darussalam di Bumi Sriwijaya, hingga kini masih terus dilestarikan. Salah satu peninggalan kerajaan Islam di Palembang Sumatera Selatan (Sumsel)Â ini, yaitu kitab suci Alquran bertuliskan tinta emas.
Alquran tinta emas tersebut kini disimpan oleh Kemas Andi Syarifuddin (49), yang merupakan keturunan dari khatib penghulu dan pengurus Masjid Agung Palembang, di masa Kesultanan Palembang Darussalam.
Sebanyak 10 buku kitab suci Alquran dan 90 buku manuskrip sejarah keislaman peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam, masih tertata rapi di lemari etalasenya di kediamannya, di Jalan Faqih Jalaluddin 19 Ilir Kecamatan Bukit Kecil Palembang.
Advertisement
Baca Juga
Kemas Andi Syarifuddin ingat betul ketika berusia 21 tahun, dia diamanatkan oleh kakeknya Kyai Kemas Haji Umar untuk meneruskan menjaga buku peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam tersebut.
"Di tahun 1990 saat saya kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang, kakek saya mengamanatkan Alquran tinta emas dan manuskrip tersebut. Karena saya juga mempelajari ilmu Islam di kampus, peninggalan buku tersebut sangat membantu saya saat kuliah," ucapnya, ketika ditemui di kediamannya, Kamis (7/5/2020).
Usia buku dan kitab suci Alquran tinta emas yang sangat tua, membuatnya harus merawat dengan sangat telaten. Dari tulisan arab melayu, Alquran tinta emas tersebut diperkirakan sudah berusia lebih dari 200 tahun sejak dibuat di masa Kesultanan Palembang Darussalam.
Ada yang unik dari Alquran tinta emas ini. Bahan baku kertasnya sendiri, dikirim dari Eropa, sedangkan tinta emasnya berasal dari leburan emas 18 karat di masa itu. Lalu, sampul depan Alquran, juga berasal dari leburan lempengan emas.
"Tulisan tinta emas ini hanya ditemui di tiga bagian dari lembaran Alquran. Yaitu di bagian depan yang bertuliskan Surat Alfatehah dan Alif Lam Mim," katanya.
Lalu, di bagian tengah, tulisan tinta emas mengukir Surat Al-Kahfi. Serta di bagian akhir, tulisan tinta emas menghiasi Surat An-Nass dan Al-Fallaq. Ukiran Simbar khas Melayu Palembang, semakin mempercantik lembar demi lembar Alquran tinta emas tersebut.
Dari 10 kitab suci Alquran tinta emas peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam tersebut, ada 2 kitab suci Alquran yang sudah rusak. Lembar demi lembar kertas Alquran tersebut, sudah rapuh dan tidak bisa lagi dibuka untuk dibaca.
Diungkapkannya, kitab suci Alquran tinta emas ini ditulis tangan oleh para ulama dan kepala penghulu, yang disebut Pangeran Penghulu Nata Agama. Setiap 1 kitab suci Alquran, ditulis oleh satu orang.
"Cukup lama pembuatannya, mungkin bisa satu tahun. Karena kertasnya diimpor dari Eropa, tinta emasnya juga sulit didapat. Apalagi saat itu, tidak ada listrik sehingga proses penulisan Alquran ini dilakukan di siang hari," ujarnya.
Â
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Diteliti Penulis Jepang
Sedangkan 90 buku manuskrip sejarah Kesultanan Palembang Darussalam, berisi berbagai ilmu pengetahuan. Seperti tentang Ilmu Agama Islam, Fiqih, Tauhid, Tasawuf, dan obat-obatan herbal yang digunakan di masa itu.
Beberapa ramuan tradisional yang tertulis di buku tersebut, seperti jinten hitam dan makjum. Namun, bahan baku lainnya ternyata sulit didapatkan di saat ini.
Karena menjadi generasi penjaga Alquran tinta emas, ayah 3 orang anak ini mendapatkan berbagai penghargaan. Salah satunya penghargaan dari Badan Perpustakaan Nasional, yaitu Pelestari Naskah Kuno.
Alquran tinta emas tersebut juga, menjadi daya tarik tersendiri bagi para peneliti dan penulis dari berbagai negara. Seperti Malaysia, Singapore, Jepang dan Belanda.
"Kalau peneliti asal Jepang bekerjasama dengan Universitas Indonesia (UI), membuat buku katalog naskah Palembang. Yang juga membahas tentang Alquran tinta emas dan buku manuskrip sejarah Kesultanan Palembang Darussalam," ujarnya.
Selama mengurus buku sejarah peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam ini, Andi hanya melakukannya secara tradisional saja. Seperti menggunakan kapur barus, agar kertasnya tetap awet dan tidak rapuh.
Advertisement
Ditaksir Para Kolektor
Pria kelahiran Palembang, 26 Mei 1971 ini juga, bekerja sebagai staf di Laboratorium Naskah Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang. Di tempat kerjanya, dia turut meminjamkan Alquran tinta emas tersebut untuk penelitian para mahasiswanya.
"Kalau setiap tahun di bulan Ramadan, sering banyak yang datang ke rumah untuk mempelajari buku-buku ini. Tapi karena sekarang lagi wabah Covid-19, memang agak berkurang," ucapnya.
Alquran tinta emas dan buku manuskrip sejarah Kesultanan Palembang Darussalam tersebut, beberapa kali diikutsertakan dalam beragam pameran. Seperti di Jakarta dan Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat (NTB).
Karena nilai sejarah yang cukup bernilai, banyak yang tertarik memiliki Alquran tinta emas tersebut. Bahkan ada beberapa kolektor barang antik yang berniat membeli Alquran ini, dengan harga yang fantastis.
"Banyak yang mau menawar dan membeli, tapi tidak saya jual. Karena ini peninggalan keturunan keluarga saya. Harus tetap dijaga dan dilestarikan sampai kapan pun, terutama oleh turun temurun keluarga saya," ucapnya.