Liputan6.com, Denpasar Alarm berbunyi kencang. Bola matanya langsung tertuju ke jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 1.00 Wita. Secepat kilat ia berwudhu dan melaksanakan salat malam. Selepasnya, ia langsung bergegas menuju mobilnya dan tancap gas. Dalam waktu sekejap ia hilang dalam kegelapan.
Dia adalah Letkol Himawan Teddy Lakosono yang menjabat Komandan Kodim (Dandim) 1626/Bangli. Dinihari itu ia bergegas menuju Banjar Serokadan, Desa Abuan, Kecamatan Susut. Dandim yang karib disapa Letkol HTL itu meninjau dapur umum yang dibangun institusinya untuk pasokan makanan hampir tiga ribu warga yang diisolasi.
Sesampainya di dapur umum, anggotanya tengah sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk dibagikan kepada warga. Meski distribusi makanan dilakukan mulai pukul 06.00 Wita, namun bapak-bapak tentara itu harus mulai memasak sejak dinihari, kala warga yang diisolasi masih dicumbu mimpi.
Advertisement
Maklum saja, untuk memenuhi kebutuhan pangan warga sebanyak itu, beras yang mereka masak untuk sarapan pagi saja sebanyak 250 kilogram. Belum lagi sayur mayur dan bahan-bahan lainnya. Membutuhkan waktu yang lama hingga makanan siap disajikan. Namun, saat mentari pagi tiba, makanan itu telah siap didistribusikan kepada warga.
Baca Juga
Ya, sudah hampir 14 hari banjar itu diisolasi. Penyebabnya adalah transmisi lokal penularan Virus Corona atau COVID-19 dalam jumlah besar. Tak ada kata lelah bagi mereka untuk melayani kebutuhan masyarakat yang terisolir.
Meski dari wajah mereka terlihat raut muka capek, namun tanggung jawab yang dipikul membuat mereka tetap dengan kerelaan hati menyiapkan sarapan pagi untuk ribuan warga.
Ditemui di dapur umum, Letkol HTL menjelaskan awal mula dapur umum dibangun. “Saat itu tanggal 30 April 2020 saat transmisi lokal dari satu orang PMI (Pekerja Migran Indonesia) menularkan ke orangtuanya dan lima orang warga lainnya,” terang Letkol HTL kepada Liputan6.com, Selasa (12/5/2020).
Usai hal itu terkonfirmasi, digelar rapat untuk membahas hal tersebut. Keputusan rapat adalah melakukan pengetatan physical distancing di Banjar Serokadan. Bersama kapolres, bupati dan camat mereka segera ke lokasi melakukan koordinasi hasil keputusan rapat dengan perangkat desa setempat, untuk selanjutnya diinformasikan kepada warga.
Warga Tetap di Rumah
Selain isolasi, salah satu keputusan lainnya adalah melakukan rapid test massal terhadap ribuan warga pada tanggal 1 Mei 2020 dan dilakukan isolasi total terhadap warga.
“Awalnya ingin disiapkan sembako. Namun pertimbangan isolasi rumah, maka lebih baik dibuatkan dapur umum agar warga tetap di rumah saja. Saat itu juga tim dapur umum berangkat dari Denpasar menuju Bangli dan langsung mendirikan dapur umum,” ujarnya.
Pengetatan semakin menjadi manakala dari hasil rapid test diketahui sebanyak 443 warga dinyatakan reaktif (positif) Corona COVID-19. Meski pada rapid test ulang dan hasil SWAB mereka dinyatakan non-reaktif (negatif).
Advertisement
Bantu Warga Diisolasi Panen Padi
Kini, sudah 12 hari warga menjalani isolasi. Tinggal dua hari saja situasi akan kembali normal. Saban hari dari dapur umum para abdi negara memasok makanan untuk ribuan warga. sehari tiga kali makan yakni pagi, siang dan malam.
Bukan tentara namanya kalau tak tulus bekerja. Meski di tengah kesibukannya di dapur umum di tengah isolasi warga, mereka tetap memanen padi warga yang tengah menjalani isolasi.
“Ya, di sela kegiatan di dapur umum kami membantu memanen padi di sawah warga yang sedang menjalani isolasi di Banjar Serokadan. Kami juga membantu kebutuhan warga yang sedang diisolasi. Salah satunya ada warga yang punya bayi, kami yang membelanjakan kebutuhan mereka seperti susu dan lainnya. Setiap hari warga menulis kebutuhan mereka apa saja, lalu dibelanjakan oleh kami,” tutur Letkol HTL.