Liputan6.com, Gorontalo - Sebanyak 489 orang Nara Pidana (Napi) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Gorontalo menjalani rapid test Selasa, (12/5/2020). Hal dilakukan untuk mendeteksi penyebaran virus Corona Covid-19.
Hasilnya, setelah dilakukan pemeriksaan sebanyak 25 orang warga binaan menunjukan reaktif atau positif Covid-19 berdasarkan rapid test.
Baca Juga
Pemeriksaan rapid test yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Gorontalo dan pengamananan Polresta Gorontalo serta Kodim 1304 Gorontalo juga ditemukan 3 petugas yang reaktif terhadap virus corona (Covid-19).
Advertisement
Seluruh napi dan petugas yang dinyatakan reaktif atau terduga positif Covid-19 langsung dikarantina di Lapas Perempuan Klas IIA Gorontalo, yang ditunjuk sebagai Lapas untuk isolasi khusus warga binaan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Gorontalo, Nur Albar membenarkan hasil rapid tes yang dilakukan di lapas Kota Gorontalo. Para napi bisa reaktif dengan virus meski dalam lingkungan terkontrol atau terbatas.
Bahkan pihaknya mengaku masih akan melakukan koordinasi dengan pihak Kemenkumham untuk langkah dalam menangani para napi tersebut.
"Iya benar ada yang reaktif, tapi kita masih bicarakan. Mereka yang reaktif langsung di sendirikan usai menjalani tes," ujar Nur.
Sementara pihak lapas Kelas IIA Gorontalo sebelumnya, sudah mempersiapkan ruangan isolasi tersebut jika dikemudian hari ada warga binaan yang terpapar virus mematikan tersebut.
"Mereka telah diisolasi, bahkan saya sudah mengarahkan petugas untuk memperhatikan mereka agar kebutuhan nutrisi mereka terjamin," kata Kakanwil Kemenkumham Gorontalo Budi Sarwono
Ia menambahkan, hari ini yang dinyatakan reaktif baik itu nara pidana atau petugas lapas langsung dilakukan pengambilan swab. Sementara keseluruhan bagian lapas segera dilakukan sterilisasi dengan disinfektan.
"Mereka sudah di karantina, selanjutnya pengambilan swab. Kemudian seluruh bagian lapas dilakukan penyemprotan,"tuturnya.
Ditanya soal mengapa warga binaan bisa reaktif, sebab tidak mungkin warga binaan yang hanya terkurung di dalam lapas bisa terpapar. Menurutnya kemungkinan besar hal itu dibawa oleh petugas.
"Petugas ini kan bisa keluar masuk dan berinteraksi dengan masyarakat luar, nah mungkin itu salah satu faktornya," tandasnya.