Liputan6.com, Kupang - Perajin tenun ikat di Sikka NTT mulai merasakan dampak pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia. Perajin tenun ikat di Sanggar Doka Tawa Tana Sikka misalnya, mereka mengeluh pengunjung yang semakin sepi. Padahal di masa normal, banyak wisatawan yang datang berkunjung ke sanggar tersebut.
Â
Sanggar Doka Tawa Tana merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di NTT. Sudah ada sejak 1980-an, sanggar yang dalam bahasa Indonesia berarti 'emas kehidupan yang sedang tumbuh' itu didirikan oleh almarhum Carolus Jawa, di sebuah kampung bernama Dokar, di Desa Uma Uta, Kecamatan Bola, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Kampung itu terletak sekitar 19 kilometer dari Kota Maumere, NTT.
Advertisement
Baca Juga
Cletus, ketua sanggar Doka Tawa Tana kepada Liputan6.com akhir pekan lalu mengatakan, wabah virus corona (Covid-19) membuat kunjungan wisata sepi.
Biasannya, setiap tahun sanggar Doka Tawa Tana mendapat kunjungan dari banyak grup tur perusahaan tekstil. Bahkan sejak Mei hingga Agustus 2020 sudah ada booking kunjungan, yang harus dibatalkan.
Untuk menghidupi sanggar di masa corona, sanggar Doka Tawa Tana pun mengambil peran menyampaikan imbauan tentang budaya hidup sehat kepada masyarakat dalam bahasa adat yang dituangkan lewat lagu dan diiringi musik kampung.
"Dalam lagu ini kita mengajak seluruh kaum muda untuk terlibat memerangi wabah corona," ujarnya.
Sebagai wujud kepedulian, sanggar Doka Tawa Tana juga memberikan sumbangan sembako bagi anggota sanggar dan warga yang terkena dampak Covid-19.
Melalui jaringannya, sanggar ini mengetuk hati penderma lewat grup whatsApp. Menjajakan sarung tenun dengan harga murah. Uang hasil jualan inilah nantinya dipakai membeli sembako dan dibagikan ke ibu-ibu perajin dan warga sekitar.
"Dengan harga rendah yang penting bisa menyambung hidup para perajin. Baru seminggu yang lalu sanggar Doka Tawa Tana juga memberikan bantuan sembako untuk 100 rumah di kampung Dokar," katanya.
Â