Sukses

Begini Cara Mengawali dan Menutup Percakapan Sehari-hari di Bali

Bahasa Bali terutama dituturkan di Pulau Bali, Pulau Lombok bagian barat, dan sedikit di ujung timur Pulau Jawa.

Liputan6.com, Jakarta - Jika Anda sedang mengikuti sebuah acara di Bali, pembicara biasanya mengawali dan menutup sambutan dengan kalimat khas setempat. Sebagian orang luar mungkin belum memahami artinya. 

Bahasa Bali adalah sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini terutama dituturkan di Pulau Bali, Pulau Lombok bagian barat, dan sedikit di ujung timur Pulau Jawa.

Wayan Gaing, karyawan Diageo Indonesia kantor Bali, berbagi sekilas panduan bagaimana memulai dan mengakhiri percakapan sehari-hari di Bali. Seperti dijelaskan dalam forum sharing Diageo indonesia, Rabu (3/6/2020), berikut ini contohnya.

Sapaan untuk mengawali percakapan;

Om Swastiastu

Rahajeng Semeng; Tengahi, Sande, Wengi (Selamat Pagi; Siang, Sore, Malam)

Punapi gatra? (Apa kabar?)

Dumogi becik-becik kemanten (Semoga baik-baik saja)

Wastan tiang……(Nama saya……)

Tiang saking……(Saya dari……)

Tiang mekarya ring……dados……(Saya kerja di………sebagai ………)

Adapun untuk menutup percakapan, sebagai berikut.

Nika manten dari tiang (Ini saja dari saya)

Kirang langkung, nunas sinampura (Lebih kurangnya, mohon maafnya)

Om Santi Santi Santi

 

Saksikan Video Pilihan Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tiga Tingkat Bahasa Bali

Wayan Gaing menjelaskan lebih lanjut seputar Bahasa Bali yang memiliki tiga tingkatan.

Bahasa Bali Alus Singgih (ASI)

Bahasa Bali Alus biasanya digunakan untuk bertutur formal misalnya dalam pertemuan resmi di tingkat desa adat, meminang wanita, atau ketika berbicara dengan orang yang memiliki posisi tertentu. Bahasa Alus ini juga digunakan ketika berbicara dengan pendeta.

Bahasa Bali Madya/ Sor (ASO)

Bahasa Bali Madya digunakan di tingkat masyarakat menengah. Biasa juga digunakan ketika berbicara dengan orang tua atau guru, atau bertemu dengan rekan yang memiliki kasta/ wangsa lebih tinggi. Bahasa ini juga biasa digunakan ketika kita baru berkenalan dengan orang.

Bahasa Bali Kepara (ASA) Bahasa Bali ini digunakan pada pergaulan masyarakat biasa atau sesama teman. Bahasa ini kadang disebut sebagai bahasa Bali kasar sehingga tidak terlalu disarankan dalam perkenalan pertama. Namun, di beberapa daerah penggunaan bahasa ini merupakan simbol keakraban.

Beberapa contoh perbedaan kata sesuai urutan ASA, ASO, ASI, sebagai berikut;

Tidur: pules, sirep, makolem

Marah: gedeg/pedih, duka, manggah

Meninggal: mati, seda, lebar/mantuk

Ayah: nanang, bapa, aji

Ibu: meme, ibu, biang

Kakak lelaki: beli, beli, raka

Nenek: dadong, nini, niang

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.