Liputan6.com, Medan Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi terus meminta masukan dari berbagai pakar dan ahli. Tujuannya untuk mematangkan persiapan pelaksanaan new normal atau tatanan kehidupan baru di masa pandemi virus Corona COVID-19.
Setelah mendengarkan masukan dari akademisi dan pakar pendidikan, kini giliran masukan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumut dan psikolog yang diserap oleh orang nomor satu di Provinsi Sumut tersebut.
"Kita harus mau banyak mendengarkan dari berbagai pihak untuk memperkecil kesalahan. Kali ini saya dengarkan masukan dari IDAI Sumut dan psikolog," kata Edy dalam pertemuan di Pendopo Rumah Dinas Gubernur, Jalan Jenderal Sudirman , Kota Medan, Senin, 8 Juni 2020.
Advertisement
Baca Juga
Disebutkan Edy, saat ini banyak spekulasi yang beredar tentang anak sekolah. Ada yang bilang 1 Juli mulai sekolah, ada yang mengatakan 29 Juni. Edy memastikan hingga saat ini belum akan memberikan izin untuk siswa beraktivitas di sekolah.
Mantan Panglima Komando Stratedi Angkatan Darat (Pangkostrad) itu juga sudah mengatakan kepada Dinas Pendidikan, anak adalah segala-galanya bagi orang tua.
"Saat ini saya adalah ayah dari semua anak-anak yang ada di Sumut," sebutnya.
Penasihat IDAI Sumut, Guslihan Dasa Tjipta menyampaikan, usulan dan masukan kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut kemudian bisa dikaji guna menentukan apakah new normal bisa atau tidak diterapkan pada proses belajar mengajar siswa.
"Pertama, kami setuju bila rumah dijadikan tempat pembelajaran bagi anak," ujarnya.
Menurut Guslihan, Pemprov Sumut bisa menerapkan pembelajaran dengan metode jarak jauh, guna mengantisipasi lonjakan tahap kedua yang mungkin bisa terjadi pada periode Juli hingga Desember.
"Anjurannya kepada Pemprov untuk tidak membuka sekolah hingga Desember," sebutnya.
Â
Saksikan juga video pilihan berikut:
Acuan Penerapan New Normal
Dikatakan Guslihan, paling penting dalam menerapkan new normal adalah bila epidemiologi COVID-19 menunjukan tren menurun. Sebagai syarat untuk membuka sekolah yang harus dipenuhi adalah tren COVID-19 di Sumut menunjukan penurunan.
"Tapi yang paling direkomendasikan adalah menerapkan model belajar sistem universitas terbuka," tambahnya.
Staf pengajar di Fakultas Kedoktera Universitas Sumatera Utara (USU) Putri Chairani Eyanoer memaparkan, berdasarkan data-data di Indonesia, sampai hari ini angka kejadian COVID-19 pada anak masih cukup tinggi.
Secara global kasus Covid-19 pada anak bila dirata-ratakan di setiap negara berada dipersentase 1 persen, namun negara yang paling banyak terjadi kasusnya adalah Amerika dan Indonesia. Kasus COVID-19 pada anak di Indonesia sekitar 7 persen dari total kasus yang ada.
Dijelaskan Putri, ada lima daerah di Indonesia yang tinggi kasus COVID-19 pada anak, yakni Jakarta, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Menurutnya, Sumut tidak termasuk bukan berarti jumlah kasus Covid-19 pada anak rendah.
"Sumut tidak pernah melakukan rapid test massal pada anak seperti yang dilakukan Sumsel dan NTB. Sumut tidak boleh menurunkan kewaspadaanya terhadap COVID-19, khusus pada anak," Putri menandaskan.
Advertisement