Sukses

Menguji Kesetiaan Menuju Curug Candung Tasikmalaya, Cukup Air Terjun Saja yang Mendua

Selain air terjun yang terbilang dingin, kondisi alam hutan pinus mampu memberikan keteduhan dan ketenangan bagi pengunjung yang datang.

Liputan6.com, Garut - Bagi Anda yang hobi hiking atau wisata alam terbuka pegunungan, tak ada salahnya saat New Normal yang tengah dirancang bertahap pemerintah saat ini, mencoba sensasi berwisata ke Curug Candung di kawasan hutan konservasi Garut–Tasikmalaya, Jawa Barat.

Kawasan ini berada di hutan perbatasan dua kabupaten wilayah Jawa Barat bagian selatan. Kata Candung berarti "Mendua" dalam istilah kamus Indonesia. Lokasi wisata ini memang memberikan suasana dan nuansa alam yang menjanjikan dan layak untuk dikunjungi.

Dua curug atau air terjun, bakal menjadi pelepas dahaga yang pas, saat menikmati sejuknya air pegunungan yang mengalir dari kaki gunung Karacak Garut tersebut.

Tak sedikit para pengunjung yang datang mencoba berenang di area Curug Candung yang dingin itu.

Kondisi itu semakin eksotik, dengan hadirnya deretan hutan pinus, yang menjadi pagar hidup kawasan curug, sehingga mampu memberikan kesejukan bagi siapa pun yang bertandang ke kawasan wisata baru tersebut.

"Mulai ramai sekitar awal Ramadan (1441 H), memang belum lama, tapi respon masyarakat cukup tinggi," ujar Nana, (51), salah seorang warga Pasirhuni, Desa Sirnagalih, Kecamatan Cigalontang Tasikmalaya, dalam obrolan hangatnya dengan Liputan6.com, Minggu lalu.

Sebagai salah satu perintis dibukanya kawasan wisata alam terbuka di area Curug Candung, ia tahu betul potensi wisata yang satu ini.

Udara sejuk nan segar sebagai warisan dari hutan pinus di sepanjang jalan seakan memberikan ketenangan sesaat dari hiruk pikuknya hidup di perkotaan.

"Sekarang akhir pekan, terutama Sabtu-Mingu mulai ramai yang jualan, karena pengunjung terus melonjak," kata dia bangga.

Mulai ramai pengunjung sejak dua bulan terakhir, kawasan Curug Candung terus mendapatkan perhatian warga. Tak ayal pada saat akhir pekan jumlah pengunjung bisa naik berlipat.

"Sekarang akhir pekan bisa mencapai 500 orang lebih pengunjung," ujar Nana.

 

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 4 halaman

Cocok Buat Downhill

Wilayah ini memiliki akses jalan yang bisa dilalui kendaraan roda empat sehingga memberikan pilihan bagi para pengunjung yang datang untuk mencapai wilayah ini dengan berjalan kaki, bersepeda hingga menggunakan tunggangan kendaraan bak terbuka milik warga sekitar, yang disulap menjadi angkutan dadakan.

"Sabtu (6/6/2020) kemarin, ada rombongan gowes (pesepeda) satu mobil penuh dari Garut," ujar Ajat (45), warga lainnya yang berasal dari Cirorek, Kabupaten Garut.

Menurutnya, sejak diberi penguasaan kawasann hutan seluas 600 hektare dari pemerintah akhir tahun lalu, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang berasal dari dua kabupaten di sekitar kawasan curug Candung, langsung berbenah menyiapkan akses jalan ke kawasan wisata.

"Memang kendala utama adalah soal jalan yang belum diaspal," kata dia.

Tak ayal sejak pertama kali dibuka buat umum, banyak pengunjung lebih memilih jalan kaki menuju kawasan curug, sambil menikmati sensasi hutan pinus.

"Lumayan capek, tapi terbayar keindahan alamnya, udaranya  juga masih sejuk dan alami," ujar Rina (36), pengunjung asal Garut Kota.

Membawa belasan anggota keluarga besarnya, rombongan pengunjung asal kota dodol Garut itu tampak menikmati perjalanan. Sesekali terdengar canda tawa, siulan, dari anggota keluarga dalam perjalanan yang tengah mereka tempuh.   

Bahkan, di beberapa lahan kosong yang berada di bawah rindangnya pohon pinus, mereka sengaja menggelar tikar lebar, untuk menggelar makan besar bersama anggota keluarga.

"Ayo ke sini jika mau gabung, makanannya banyak," ujar dia, mengajak Liputan6.com dalam rombongan mereka.

Menggunakan fasilitas sepeda downhill yang dipergunakan untuk track menanjak dan bebatuan khas pegunungan, kami menikmati betul perjalanan itu.

Kolaborasi bebatuan besar dan kecil di sepanjang jalan, yang menunjukkan belum tersentuhnya pembangunan, memberikan gambaran nyata masih alaminya kawasan Curug Candung.

"Track kawasan hutan pinusnya cocok dijadikan perlintasan sepeda," ujar Aziz, anggota gowes mania dari Garut.

Bersama lima rekan sekantor lainnya, ia memilih jalur Curug Candung karena keindahan alamnya. Meskipun jalur yang dilalui masih bebatuan, tetapi terbayang suasana alam pegunungan yang asri di sekitarnya.

"Mungkin lebih baik jika pemerintah segera membuatkan jalur track buat pejalan kaki dan pesepeda," ujar dia berharap.

Bahkan, tidak hanya pengunjung kawasan wisata curug, beberapa kelompok pecinta buruan hewan liar seperti rusa, babi dan lainnya, kerap menjadikan kawasan itu sebagai salah satu target kawasan perburuan mereka.

"Ada juga yang khusus camping di hutan pinus," ujar Ajat menambahkan.

3 dari 4 halaman

Mitos Curug

Meskipun memiliki nama yang terbilih nyeleneh. Candung yang berarti mendua bagi pasangan yang sudah berkeluarga, memang tidak memiliki cerita mitos atau legenda lainnya, laiknya kawasan wisata alam lain di wilayah Garut dan Tasik.

Ahud (58), salah seorang warga Cigarungsang, Cilawu Garut menyatakan, penamaan candung diambil dari curug kembar (dua air terjun kembar) yang mengalir di kawasan wisata itu.

“Secara detail sejarahnya belum tahu, tapi candung sendiri orang mengidentikkan adanya dua curug (air terjun) tadi," ujar dia.

Sejak munculnya penamaan Candung yang berarti mendua, kondisi itu mampu menjadi magnet tersendiri khususnya bagi kaum Adam, untuk mencoba kawasan wisata alam itu.

"Apa benar ya bisa nyandung (Mendua)," kelakar seorang pengunjung paruh baya yang enggan disebutkan namanya.

Ditemani istri dan anggota keluarga lainnya, ia sengaja mendatangi kawasan itu dengan maksud berwisata semata. "Enggak ada niatan itu (mendua), kebetulan saja namanya agak beda," ujar dia sambil tersenyum dan bercanda menoleh istrinya yang berada di samping.

Namun meskipun demikian, pengunjung berkaus oblong tersebut lebih setuju jika kawasan itu menjadi sumber baru kawasan wisata alam yang mudah dinikmati warga. "Mungkin daya tariknya itu di namanya tadi (candung)," ujar dia kembali menimpali.

4 dari 4 halaman

Butuh Promosi

Ida (25), pengunjung lainnya asal Kabupaten Tasikmalaya menyatakan, melihat potensi wisata curug candung yang begitu menjanjikan. Ia berharap pemerintah lebih gencar melakukan promosi.

"Saya baru tahu (Curug Candung) dari mulut ke mulut dan beberapa pesan berantai di medsos melalui WA (Whatsapp)," kata dia.

Dengan semakin melonjaknya jumlah kunjungan, para pengunjung berharap pemerintah segera melakukan pembangunan fasilitas wisata.

"Minimal ada tangga, tempat duduk, gazebo untuk berteduh agar lebih indah," kata dia.

Saat ini, masuk ke kawasan air terjun, masih menuruni anak tangga yang sengaja ditata dari tanah merah, hasil olah warga sekitar, sementara kanan kiri anak tangga dipandu bambu.

Kepala Dinas Pariwisata Garut Budi Gangan mengakui potensi menakjubkan kawasan wisata alam curug Candung, tetapi sayang secara administratif kawasan itu masuk wilayah Tasikmalaya.

"Curug Candung mah anu Tasik  (Curug Candung itu milik kabupaten Tasikmalaya)," ujar dia.

Namun meskipun demikian, besarnya potensi wisata alam serta kemolekan kawasan Curug Candung, tak membuat pemda Garut tinggal diam.

Dalam waktu dekat, Dinas Pariwisata tengah menyiapkan sayembara pembuatan lagu pop sunda ‘Nupundung Kacurug Candung’ (yang lagi marahan untuk mengunjungi curug Candung).

Seperti diketahui Curug Candung berada di sekitar perbatasan administratif kabupaten Garut–Tasikmalaya. Kawasan wisata baru ini bisa diakses melalui dua pintu masuk sepanjang Jalan Raya Garut–Tasik, yakni Cirorek Desa Karyamakar, serta kampung Patrol Desa Dayeuh Manggung, keduanya masuk Kecamatan Cilawu, Garut, Jawa Barat.

Pemberlakukan New Normal secara bertahap yang tengah dirancang pemerintah, memberikan angin segar bagi dunia wisata tanah air. Tak terkecuali bagi kabupaten Garut, Jawa Barat, yang sejak lama dikenal sejuk dan molek akan keindahan alamnya.