Sukses

Pesona Sanggar Bliran Sina Sikka, Warisan Leluhur yang Bikin Wisatawan Betah

Sanggar Bliran Sina merupakan salah satu sanggar budaya yang terdapat di Kampung Watublapi, Kabupaten Sikka, NTT

Liputan6.com, Kupang- Sanggar Bliran Sina merupakan salah satu sanggar budaya yang terdapat di Kampung Watublapi, Kabupaten Sikka, NTT. Sanggar ini menjadi wadah generasi muda untuk menghidupkan dan melestarikan budaya.

Sanggar ini terkenal dengan tenun ikat tradisional dan tarian budayanya. Berkunjung ke Watublapi, anda dapat mengenal lebih dekat kearifan lokal dan warisan budaya masyarakat Desa Kajuwair, Kecamatan Hewakloang, Kabupaten Sikka.

Sanggar Bliran Sina ini berada sekitar 15 kilometer arah timur Kota Maumere. Kampung ini menawarkan pesona seni budaya daerah yang khas dan menakjubkan.

Ketua sanggar, Yosef Gervasius, mengatakan, sejak berdiri pada tahun 1988, hingga saat ini sanggar budaya Bliran Sina masih membuat kain tenun ikat secara tradisional.

Sanggar ini dirintis oleh pendahulu agar generasi penerus saat ini tidak melupakan warisan budaya leluhur. Didominasi kearifan lokal masyarakat setempat, sanggar ini berhasil membentuk kelompok tenun ikat tradisional.

"Bliran artinya sejuk dan segar sedangkan Sina yang artinya negeri Cina. Artinya, kesejukan dan kesegaran alam Watublapi sama seperti alam di negeri Cina," ujarnya kepada Liputan6.com, Rabu (10/6/2020).

Ia menuturkan, sebelum tahun 1988 almarhum Romanus Rego mendirikan sanggar budaya Bliran Sina untuk melestarikan tradisi tenun dan menjualnya melalui sebuah sebuah wadah.

Proses pembuatan tenun ikat tradisional milik sanggar Bliran Sina berasal dari bahan alam dan diproses menggunakan bahan tradisional.

"Ada dua jenis yaitu benang pintal tangan dari pohon kapas dan pewarnanya menggunakan pewarna alam seperti warna merah dari kulit akar mengkudu, warna hitam dari daun nila, warna coklat dari kayu mahoni dan warna kuning berasal dari kunyit dicampur dengan kulit pohon nangka," jelasnya.

Sejak tahun 1992, sanggar ini selalu menjadi incaran wisatawan, baik itu wisatawan domestik maupun mancanegara.

Banyak wisatawan berkunjung menyaksikan proses pembuatan kain tenun ikat tradisional. Saat berkunjung, wisatawan akan disuguhkan tarian dan musik tradisional masyarakat setempat.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Sanggar di Masa Pandemi Covid-19 dan Jelang Normal Baru

Selama pandemi corona, sanggar Bliran Sina terus berbenah dan memperbanyak kain tenun ikat menyambut masa new normal alias normal baru yang tetapkan oleh pemerintah pada tanggal 15 Juni 2020.

Pandemi Covid-19, sanggar ini sempat ditutup untuk wisatawan, baik wisatawan dalam negeri dan wisatawan luar negeri. Meski demikian, anggota sanggar tetap bekerja di rumah membuat kain tenun.

Saat ini sanggar Bliran Sina memiliki 35 anggota. Namun masih ada anggota cadangan penenun kain tenun ikat bila tamu yang datang berkunjung dalam jumlah yang lebih banyak.

Dia mengungkapkan, hampir semua anggota sanggar masih kesulitan bahan seperti benang pada masa pandemi Covid-19.

"Bisa produksi kain tenun ikat tetapi tidak ada yang beli, sehingga tidak bisa menghasilkan uang untuk membeli benang," dia mengungkapkan.

Mengantisipasi lonjakan tamu yang datang ke sanggar Bliran Sina jelang new normal, sanggar ini tengah mempersiapkan produksi kain tenun ikat, penataan lokasi sanggar, dan persiapan tarian-tarian penyambutan tamu.

"Selama dua bulan lebih ini persiapan sanggar sudah cukup matang menerima kedatangan tamu," katanya.

Ia berharap pemerintah daerah dalam hal ini dinas pariwisata kabupaten Sikka tetap melakukan promosi wisata dan membantu fasilitas penunjang bagi pelaku pariwisata.

Â