Liputan6.com, Kupang - Selama masa pandemi virus corona, para pelaku Usaha Kecil dan Manengah (UKM) banyak menutup usahanya akibat sepinya pembelinya. Banyak dari mereka yang beralih profesi untuk bertahan hidup.
Tetapi tidak bagi perajin ukir gading di Maumere, Kabupaten Sikka, NTT. Saat pandemi Covid-19, mereka lebih memilih bekerja, memperbanyak ukiran dari bahan baku gading, tanduk rusa, tulang ikan, kayu dan bebatuan menyambut new normal.
"Kami lebih memilih memperbanyak ukiran, tetapi kami tetap mematuhi aturan pemerintah seperti memakai masker, cuci tangan, menggunakan hand sanitizer, jaga jarak dan tempat usaha kami tutup untuk pembeli," ungkap salah satu perajin, Frans Lukas Moang Wakor kepada Liputan6.com, Rabu (10/6/2020).
Advertisement
Baca Juga
Dikatakannya di saat pandemik Covid-19 ini, usahanya sangat sepi pembeli dibanding dengan hari normal. Biasanya, dalam sehari usaha ukiran gading, tanduk rusa, tulang ikan, kayu dan bebatuan selalu saja diserbu pembeli.
Ia mengaku senang karena aktivitas telah berangsur pulih. Dia menjamin, sejumlah adaptasi normal baru pun akan diterapkan di tempat usahanya sesuai dengan anjuran pemerintah.
Beruntung, baru beberapa hari menjelang masa normal baru, ini sudah mulai menerima pesanan tongkat komando TNI.
"Sekarang sudah mulai membuka kembali tempat usaha. Sudah bisa buka kembali tempat usaha tetapi tetap ikuti protokol kesehatan," katanya.
Sejak tahun 1998, ia sudah mulai menggeluti pekerjaan sebagai perajin. Namun, baru kali ini ia merasakan dampak Covid-19 yang benar-benar melumpuhkan pekerjaan dan penghasilan.
Perajin ukiran khususnya berbahan baku gading, tanduk rusa, tulang ikan, kayu dan bebatuan di Kabupaten Sikka jumlahnya bisa dihitung dengan jari.
Di Kabupaten Sikka hampir jarang ditemukan perajin sebab hasil karya masih belum banyak diminati kecuali gelang berbahan dasar gading gajah.
Pria 58 tahun ini mengaku, selain keahliannya membuat ukiran hingga menjadi cincin, gelang, anting, kalung hingga tongkat komando seperti milik TNI dan Polri, ia juga bisa membuat ukiran lain sesuai pesanan pembeli.
"Tergantung permintaan pembeli, seperti pemesanan sovenir dan patung. Harga kerajinan yang paling mahal saat ini adalah gelang gading adat dengan harga Rp28 juta dan harga paling rendah anting tulang dengan harga Rp30 ribu.
Sebagai perajin ia mengaku membutuhkan bantuan modal dan promosi usaha oleh pemerintah sehingga hasil karya mereka bisa dikenal pembeli dan menambah pendapatan.