Liputan6.com, Sikka - Rencana pembangunan mal di Pasar Maumere, Flores, Kabupaten Sikka, NTT, oleh PT Yasoonus Komunikatama Indonesia (YKI) mendapat penolakan dari pedagang yang menempati Pasar Maumere. Mereka mendatangi Kantor DPRD Kabupaten Sikka di Jalan El Tari Maumere pada, akhir pekan lalu.
Mereka menyampaikan penolakan terhadap rencana Pemerintah Kabupaten Sikka yang akan membangun mal bernilai miliaran rupiah di lokasi Pasar Maumere itu.
Baca Juga
Survei LSI di Kabupaten Sikka: Juventus-Simon 36,4%, Suitbertus-Ray 24,4%, Diogo-Wodon 13,9%, Mekeng-Alfridus 6,1%
Masyarakat Adat NTT Gelar Ritual Sakral 'Tito Bado Odong Gahu' Minta Perlindungan Leluhur dari Amuk Murka Gunung Lewotobi
Aktivitas Meningkat, Gunung Rokatenda di Sikka NTT Naik Status Jadi Waspada
Ketua Forum Pengguna Pasar Maumere, Marianus Krisensius, mengatakan, kedatangannya ke DPRD Sikka bersama para pedagang pasar guna mendengarkan sikap wakil rakyat atas rencana pembangunan mal.
Advertisement
Dia mengatakan, rencana pembangunan mal yang berlokasi di pasar Maumere membuat pedagang yang menempati lokasi pasar merasa resah, karena berkaitan dengan kelangsungan hidup mereka.
Menurut Marianus, apabila pembangunan mal tetap dilaksanakan, maka akan melumpuhkan kehidupan para pedagang yang sudah puluhan tahun menempati dan menggantungkan hidupnya di Pasar Maumere.
"Pasti banyak pedagang yang menolak, karena pedagang akan direlokasi," ungkapnya.
Ia mengatakan, kurang lebih 500 pedagang selama ini menggantungkan hidupnya di pasar Maumere yang mereka tempati saat ini. Meski demikian, mereka menyetujui pembangunan mal di Kota Maumere, tetapi menolak apabila mal tersebut dibangun di lokasi pasar tingkat Maumere yang telah berdiri puluhan tahun.
Ia berharap pemerintah Kabupaten Sikka bisa berpihak terhadap masyarakat khususnya pedagang Pasar Maumere yang nantinya akan direlokasi demi pembangunan mal tersebut.
"Untuk kepetingan masyarakat kita jangan mengatakan rugi, kita harus bisa menentukan tempat yang bisa dibagun," sebutnya.
Yustina May, seorang pedagang mengaku kurang lebih 10 tahun ia menggantungkan hidupnya di lapak dagangannya di Pasar Maumere. Janda lima anak ini bertekad akan tetap jualan di Pasar Maumere, meski terancam direlokasi.
"Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dan kebutuhan anak sekolah dari hasil jualan seperti ini. Walaupun suatu saat dipaksakan untuk tidak berjualan di sini, kami akan tetap bertahan di Pasar Maumere ini," tegasnya.