Liputan6.com, Garut - Bosan dengan suasana berlibur yang biasa saja, ada baiknya saat New Normal nanti, mencoba lokasi wisata alam terbaru di kawasan kaki Gunung Putri, Garut, Jawa Barat, yang satu ini.
Berada di ketinggian 1.450 mdpl, para pengunjung yang datang di area Bukit Nyimas Ratna Intan Dewata, bakal mendapatkan sambutan sempurna sajian dari alam.
Baca Juga
Embusan angin semilir nan sejuk khas pegunungan di puncak 'Bukit Intan' biasa masyarakat menyebut, membuat takjub siapa pun pengunjung yang bertandang ke sana.
Advertisement
Selain indah, lokasi yang berada di puncak bukit kawasan Gunung Putri Garut, memberikan sensasi berada di awan sambil menyaksikan seluruh hiruk pikuk kehidupan masyarakat kota Dodol Garut, yang terkenal ramah di sekitar kaki gunung berapi itu.
"Sangat indah sekali," ujar Safhal, (54) salah satu pengunjung dalam obrolan hangatnya dengan Liputan6.com, Minggu (14/6/2020).
Pengunjung lokal asal kota dodol Garut itu, terbuai indahnya panorama wisata alam Garut yang dilihat dari ketinggian bukit Intan tersebut.
"Apalagi jika bisa langsung menyaksikan sunrise pagi hari, sangat menyenangkan sekali," dia kembali menimpali.
Keceriaan lelaki paruh baya itu memang beralasan. Meskipun untuk mencapai puncak bukit Intan memerlukan perjuangan ekstra akibat akses jalan yang buruk, tetapi perjuangan ini terbayar sempurna, sesampainya di atas bukit.
"Sepadan dengan perjuangannya," ujar dia sambil tersenyum ramah saat menyeka keringat di keningnya.
Dengan hadirnya bukit Intan, pesona Garut sebagai tujuan wisata alam pilihan di Jawa Barat, ujar dia, semakin lengkap bagi pengunjung, terlebih lokasinya yang terbilang dekat dan mudah diakses oleh sarana transportasi.
Hal senada disampaikan Neng Nurlia (45), pengunjung lainnya. Emak-emak kece dengan kacamata hitamnya itu, terkesan dengan keindahan alam Garut dari atas bukit.
"Mungkin sangat menakjubkan lagi jika bisa menyaksikan malam hari dari sini," dia berharap.
Menurutnya, berwisata di area ketinggian memberikan suasana berbeda sekaligus pengalaman baru yang cukup menjanjikan. "Tinggal diperbaiki akses jalan ke sini, pengunjung bakal melimpah," ujar dia memprediksi.
Asep Setiawan (52), Kepala Desa Mekar Jaya, Kecamatan Tarogong kaler, Garut, menyatakan seiring meningkatnya jumlah kunjungan, lembaganya melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), terus berupaya memperbaiki fasilitas, termasuk akses jalan yang banyak dikeluhkan pengunjung.
"Nanti secara bertahap kita akan terus perbaiki," kata dia.
Selain itu, kehadiran bukit Intan diharapkan memberikan alternatif liburan baru yang cukup menyegarkan, bagi pengunjung yang datang ke kota Intan Garut.
"Wisata kami sarat dengan perjalanan sejarah kota Garut," ujar dia bangga.
Â
Simak Video Pilihan Berikut:
Magnet Generasi Milenial
Kehadiran bukit Intan terbilang tepat saat persiapan New Normal setelah musibah Covid-19 tengah disiapkan pemerintah.
Setelah aturan PSBB berlalu, kehadirannya seakan oase di tengah dahaga akan hiburan selama masa isolasi berlangsung.
"Sebenarnya sejak dua bulan lalu mau ke sini, tapi ada larangan dari pemerintah akibat Corona," ujar Desti (17) pengunjung asal Garut.
Pelajar di salah satu sekolah negeri di Garut itu, mengaku bangga bisa menikmati indahnya alam secara langsung, di area baru wisata alam Garut.
"Cuma sayang akses jalan sangat buruk sehingga mengganggu perjalanan," ujar dia.
Harapan itu memang cukup beralasan, selama ini kawasan tujuan wisata di Garut hanya didominasi wisata pemandian air hangat Cipanas, kemudian area pantai selatan Garut, yang terkenal akan ombak ganasnya.
Sehingga hadirnya bukit Intan, bisa menjadi alternatif liburan menyenangkan bagi keluarga. "Saya berharap mulai dilengkapi area selfie termasuk gazebo dan tempat duduk," ujar Ana Wulandari (15), pengunjung muda-mudi lainnya asal kecamatan Samarang Garut.
Bersama tiga rekan lainnya, ia sengaja meluangkan waktu liburnya, untuk menyaksikan keindahan panorama alam Garut dari ketinggian. "Apalagi jaraknya juga cukup dekat dari perkotaan," kata dia.
Menurutnya, potensi wisata alam Garut yang cukup melimpah, bakal semakin lengkap dengan hadirnya spot wisata baru di kawasan kaki Gunung Putri tersebut.
"Mungkin pemerintah juga bisa membantu melalui promosi yang cukup menarik," ujar dia.
Selain pamor wisata kuliner dan pantai yang terlebih dahulu berkembang, kehadiran spot wisata alam di atas ketinggian, memberikan peluang baru bagi masyarakat untuk menikmati keindahan alam di kota Intan.
"Tinggal bagaimana mengemasnya sebaik mungkin, pengunjung dengan sendirinya mulai berdatangan," kata dia.
Advertisement
Asal Usul Garut Kota 'Intan'
Sejarah singkat kota Garut sebagai kota 'Intan' yang berarti Indah, Tertib, Aman dan Nyaman, tidak lepas dari peran kerajaan Timanganten sebagai daerah otonom, di bawah kekuasaan Kerajaan Padjajaran saat itu.
Prabu Derma Kingkin sebagai Nalendra terakhir di Kerajaan Mandala di Puntang, memindahkan kerjaan dari Panembong di Kecamatan Bayongbong ke daerah Timbanganten di kaki Gunung Guntur, yang berada di Kecamatan Tarogong saat ini, hingga akhirnya berganti nama menjadi Kerajaan Timbanganten.
Konon sang raja (versi lain), memiliki sepasang anak yakni Ratu Intan Dewata dan Ranggalawe sebagai penerus tahta kerajaan. Namun, karena anak tertua adalah perempuan, hingga akhirnya pada saat sang raja mangkat, ratu Intan Dewata, memberikan mandat tahta kerajaan kepada adiknya yang bernama Ranggalawe.
Nahas, di awal kepemimpinanya, sang raja muda mendapat cobaan berupa kekeringan yang cukup panjang yang meresahkan rakyat. Akhirnya, sang raja meminta bantuan sang Ratu sebagai anak tertua, untuk mencari solusi musibah panjang tersebut, agar rakyatnya selamat.
Dengan bantuan patih kerajaan yang bernama Ki Rambut Putih, meminta sang ratu melakukan semedi atau bertapa di bukit kecil ketiga Gunung Guntur untuk meminta petunjuk Sang Maha Kuasa.
Akhirnya doanya dikabulkan berupa sumber air yang melimpah hingga menyebabkan daerah di sekitar Gunung Guntur subur makmur. Kini daerah itu menjadi area pesawahan, atau yang sekarang dikenal sebagai Pasawahan di Kecamatan Tarogong Kaler.
Ratu Intan Dewata dan patih Kirambut Putih, akhirnya meninggal dunia dan dimakamkan di puncak bukit ketiga di sekitar Gunung Guntur, tempat di mana mereka melakukan semedi memohon kepada Sang Maha Kuasa.
Konon julukan Garut sebagai Intan, merupakan bentuk penghargaan bagi perjuangan sang ratu dalam memberikan solusi bagi rakyatnya saat itu yang tengah menghadapi kekeringan hebat.
Ada tiga bukit yang menjadi pagar hidup gunung Guntur hingga kini, yakni bukit Jompong, yang menjadi pusat wisata alam Parama Satwika, Kedua bukit Jalan Putri dan bukit Gunung Putri, yang menjadi kawasan wisata Intan Dewata.