Sukses

Demam Gowes, Pemkot Bandung Diminta Perbanyak Jalur dan Tempat Parkir Sepeda

Demam gowes ini melanda Kota Bandung hampir setiap hari.

Liputan6.com, Bandung - Bersepeda menjadi olahraga yang disukai banyak orang. Demam gowes ini melanda Kota Bandung hampir setiap hari bahkan animonya semakin terasa di akhir pekan.

Di sudut-sudut jalanan kota ini banyak ditemui kalangan masyarakat yang tampak asyik mengayuh sepeda mereka. Mulai dari orang tua, dewasa, remaja, dan anak-anak.

Liputan6.com coba menjajal sendiri bersepeda di tengah pandemi, Minggu (21/6/2020) pagi dimulai dari pukul 06.30 WIB. Pemandangan orang-orang yang tengah bergowes ria langsung terlihat dari area kompleks Antapani.

Memasuki Jalan Jakarta, semakin banyak pesepeda yang melintas, baik itu sendiri maupun rombongan. Sayangnya, di jalur ini tidak disediakan jalur sepeda.

Saya mencoba ke jalur yang relatif lebih sepi dengan tujuan ke Gasibu. Jalur yang dipilih pun melalui Jalan Bengawan. Sepanjang jalan ini sampai Jalan Cilaki, kendaraan roda dua dan empat masih relatif sedikit.

Sedangkan, saat memasuki Jalan Diponegoro, jalur sepeda dengan garis putus-putus dekat trotoar sudah mulai terlihat. Dengan mengayuh sepeda di jalur ini, perasaan jadi lebih sedikit nyaman.

Pantauan di kawasan Gasibu, ratusan warga sudah memenuhi halaman area olah raga tersebut. Terlihat juga pedagang melayani pembeli dengan gesit.

Selain itu, warga yang bersepeda tampak berkerumun di depan Gedung Sate. Ditutupnya lintasan lari menjadi alasan para pesepeda menghentikan sementara perjalanannya di titik ini.

Saya kembali melanjutkan perjalanan ke arah kawasan Dago. Mulai dari kawasan Gasibu hingga ke Jalan Ir Djuanda, jalur sepeda masih bisa dilalui. Sementara kondisi lalu lintas tampak lengang.

Namun ketika memasuki Jalan Dipatiukur, kendaraan bermotor mulai ramai. Bahkan ada sejumlah pengendara motor besar yang secara berkelompok datang dari arah Dago dengan kecepatan yang cukup tinggi seakan tak memperdulikan pesepeda yang sudah kehilangan jalurnya akibat dipakai parkir mobil.

Selanjutnya, saya tiba di kawasan Dago sekitar pukul 08.00 WIB. Tampak para pesepeda di jalur ini lebih banyak lagi walaupun Car Free Day (CFD) Dago yang biasa digelar tiap akhir pekan ditiadakan sementara.

Menurut salah seorang warga, Daniel Andreand (27), meningkatnya minat masyarakat dalam bersepeda menjadi salah satu efek tak terduga dari pandemi virus Corona. Terbatasnya ruang gerak karena PSBB membuat hobi masyarakat bersepeda akhirnya tersalurkan.

"Terkait tren bersepeda di Kota Bandung ini, saya rasa sudah baik, bisa membantu mengurangi polusi udara dari kendaraan bermotor. Kalau dampaknya di tengah pandemi Covid 19, sepertinya bersepeda bisa sebagai pilihan untuk berolah raga untuk meningkatkan kebugaran dan imunitas tubuh," ujar Daniel.

Daniel juga mengamati terkait jalur sepeda di Kota Bandung. Menurutnya, jalur yang ada sudah cukup baik. Namun perlu diatur karena masih ada kendaraan lain yang parkir sembarangan di jalur sepeda.

"Saya juga berharap fasilitas olah raga sebaiknya dibuka saja dengan mengikuti protokol kesehatan, khususnya di hari Sabtu dan Minggu. Karena antusias orang bersepeda cukup tinggi di hari itu. Setidaknya, kalau beberapa lapangan olah raga dibuka, volume masyarakat yang bersepeda bisa dibagi. Sehingga di jalan, tidak begitu padat yang bersepeda," ujarnya.

 

 

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Perbanyak Jalur Sepeda

Jumat (12/6/2020) lalu, Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana bersepeda bersama sejumlah komunitas sepeda dari rumah dinasnya di Jalan Nyland menuju Balai Kota Bandung. Konon kegiatan tersebut dilakukan sebagai tanda reaktivasi sekaligus penambahan jalur sepeda.

Sebelum bersepeda, Yana bahkan mengecat jalur sepeda dengan kalimat 'Kanggo Sapeda Wungkul' di depan rumah dinasnya. 

Usai itu, Yana pun memulai gowes menuju Balai Kota Bandung Jalan Wastukancana bersama komunitas sepeda.

"Hari ini mulai reaktivasi jalur sepeda dan membuat jalur sepeda yang baru. Meski pembuatan jalur sepeda ini baru diawali dari rumah dinas ke balai Kota dan sebaliknya," ujar Yana.

Menurutnya, pembuatan jalur sepeda baru dilakukan dengan jarak rumah dinas ke Balai Kota, sebagai bentuk perhatian Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung kepada para pesepeda di Kota Bandung. Sambil berharap hal serupa bisa memancing masyarakat mengikuti pola ‘bike to work’.

"Harapannya bisa menjadi budaya. Di tengah kegiatan masyarakat, betul -betul digunakan (jalur sepeda)," kata Yana.

Ia pun meminta komunitas sepeda bisa mengusulkan jalur sepeda kepada dinas terkait seperti Dinas Perhubungan dan Dinas Pekerjaan Umum.

Sedangkan, dari sisi keamanan kesehatan, Yana mengimbau para pesepeda tetap menerapkan protokol kesehatan. 

"Saya harap warga tetap lakukan pola hidup bersih dan sehat dengan standar protokol yang baik," ucapnya.

Terpisah, Ketua Umum Gowes Baraya Bandung (GBB), Angga Cabelita mengapresiasi langkah Pemkot Bandung memperhatikan para pecinta sepeda. Namun Kota Bandung memang membutuhkan jalur sepeda. Karenanya, Angga berharap Pemkot Bandung memperbanyak jalur dan tempat parkir sepeda.

"Mudah-mudahan ke depannya bersepeda di Bandung menjadi lebih tertib, yang paling penting untuk keamanan di jalannya. Jadi bisa terpilahkan antara mobil, motor dan kendaraan lain untuk berbagi. Tujuannya agar tidak berantakan. Sekitar Dago juga ada, tapi kurang banyak. Tujuannya agar nyaman dan rapi," ujar Angga.

Â