Liputan6.com, Poso - Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu sedang menyusun skenario adaptasi normal baru untuk membuka kembali objek wisata di Taman Nasional Tersebut salah satunya Telaga Tambing, yang selama ini menjadi magnet bagi ribuan pengunjung.
Baca Juga
Advertisement
Ancang-ancang membuka kembali objek wisata Telaga Tambing di Taman Nasional Lore Lindu yang masih ditutup sejak 17 Maret lalu mulai dilakukan. Otoritas pengelola objek wisata yang terletak di Desa Sedoa, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso itu, menargetkan pada awal bulan Juli nanti pembukaan kembali telah dilakukan.
“Target kami awal bulan Juli, tapi semua tetap bergantung pada perkembangan pandemi Covid-19,” terang Kepala Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL), Jusman, Sabtu (20/6/2020).
Saat dibuka nanti, Jusman memastikan tata kelola kawasan konservasi itu akan dilakukan dengan aturan pencegahan penularan virus corona.
Dia menyebut aturan itu di antaranya adalah pembatasan jumlah pengunjung dan jarak antartenda di area camping ground seluas 4,5 hektare. Selain itu jumlah orang dalam satu tenda juga akan dibatasi. Mengenai syarat masuk, Jusman menyebut Gugus Tugas Penanganan Covid-19 akan dilibatkan dalam menentukan syaratnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Pembatasan Pengunjung TN Lore Lindu
“Kalau biasanya pengunjung bisa sampai ribuan orang, nanti kami berencana membatasi hanya sekitar 500 pengunjung saja. Sedangkan jarak antartenda sekitar 1 meter. Alat ukur suhu tubuh juga sudah disiapkan” dia menjelaskan.
Segala aturan itu sendiri menyesuaikan dengan aturan Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka adaptasi normal baru, dan mencegah munculnya klaster baru penularan Covid-19 yang tetap menjadi kekhawatiran.
Telaga Tambing atau Rano Kalimpaa selama ini menjadi destinasi andalan wisatawan di Sulawesi Tengah. Letaknya yang berada di pegunungan kawasan Taman Nasional Lore Lindu yang beriklim sejuk menjadi magnet bagi pengunjung untuk datang dan berkemah.
Setiap akhir pekan atau hari libur, pengunjung bahkan bisa mencapai lebih dari seribu orang.
“Kami sebenarnya sudah dibolehkan membuka objek wisata itu oleh Dinas Pariwisata Sulteng, tapi masih banyak pertimbangan untuk itu. Kami tidak mau ada klaster baru dari sana, makanya prakondisi terus kami lakukan,” Jusman menjelaskan.
Advertisement