Liputan6.com, Kendari - Sebanyak 100 orang lebih TKA China masuk Kota Kendari dengan pengawalan ribuan aparat TNI dan polisi dari Polda Sultra, Selasa (30/1/2020) sekitar pukul 20.30 Wita. Mereka diterbangkan langsung dari Bandara Manado, Sulawesi Utara.
Sesaat sebelum tiba, ribuan aparat gabungan sudah berjaga di sekitar Bandara Halu Oleo Kendari. Berpakaian lengkap, polisi dan aparat TNI AU dan gabungan mengadang massa di perempatan bandara.
Berdemonstrasi sejak pukul 13.00 Wita hingga menjelang dinihari, massa sempat berusaha masuk menerobos aparat polisi. Namun, polisi memasang dua lapis pengamanan beserta water Canon.
Advertisement
Baca Juga
Menghindari massa, aparat TNI AU kemudian mencegat warga yang akan masuk bandara. Selain calon penumpang, mobil pengangkut TKA China dan aparat, tidak ada yang diberikan akses masuk.
Bahkan, wartawan yang akan meliput, dilarang masuk. Kepala Penerangan Perpustakaan (Kapentak) TNI Lanud Halu Oleo, Letda Sugiyono mengatakan, pihaknya mendapatkan perintah untuk mensterilkan bandara. Tidak menyebut perintah dari atasan atau perusahaan, Sugiyono hanya memastikan tugasnya mencegat warga yang dianggap tidak berkepentingan.
"Untuk hari ini, tidak bisa dulu masuk. Biar liputan, kami tak izinkan," ujar Sugiyono.
Di pintu gerbang bandara, puluhan aparat TNI AU menanyai setiap warga dan wartawan. Jika tak ada alasan tepat, pengendara disuruh memutar balik.
Menghindari terjadi bentrok dengan mahasiswa dan membahayakan kondisi TKA China, TNI dan polisi langsung mengambil alternatif. Setelah pesawat mendarat, TKA China dibawa ke lokasi perusahaan melalui jalur lain di sekitar Bandara.
Jalur ini, melewati jalan yang sunyi dan hanya dilalui kalangan terbatas. Ternyata, saat sudah berhasil keluar jalur dan berada di depan jalan poros, rombongan polisi dari Polda Sultra menghadapi massa yang sudah mengadang.
Ada sekitar 50 orang warga yang berdemonstrasi rombongan TKA China bersama polisi berpakaian lengkap. Polisi yang mengendarai motor dan dilengkapi tameng, langsung menembakan gas air mata dan menghalau massa.
Massa yang berjumlah sedikit, tak berbuat banyak. Polisi memaksa puluhan demonstran mundur dan membiarkan TKA China keluar di jalan poros.
Koordinator massa aksi, Alfian Anas mengatakan, salah seorang rekannya mengalami luka-luka saat berdemonstrasi menolak TKA. Korban diketahui bernama Habrin (22).
"Luka robek di kepala dan berdarah. Menurut keterangan korban, dia dihantam pentungan polisi," ujar Alfian Anas.
Dari video yang beredar, Habrin mengalami luka robek dan mengeluarkan darah di kepalanya. Saat itu, Habrin bersama sekitar 50 orang rekannya, mengadang rombongan TKA yang dikawal ketat polisi.
Demonstrasi penolakan gelombang kedua kedatangan TKA China di Sultra, hanya datang dari pihak mahasiswa dan warga. Pihak DPRD yang sempat berdemonstrasi bersama mahasiswa saat kedatangan awal TKA 23 Juni, kini sudah tak bersuara lagi.