Liputan6.com, Pekanbaru - Satu tembakan udara dari sejumlah prajurit TNI mengiringi jenazah Pelda Anumerta Rama masuk ke Taman Makam Pahlawan Kusuma Dharma Pekanbaru. Selanjutnya tembakan salvo mengiringi peti prajurit TNI gugur di Kongo itu masuk ke liang lahat.
Anita, istri Pelda Anumerta Rama, tak kuasa menahan tangis ketika dibopong keluarganya menabur bunga di atas makam. Anita juga didampingi ketiga anaknya yang hanya terlihat diam melihat jenazah ayahnya ditimbun dengan tanah.
Advertisement
Baca Juga
Perwakilan keluarga Rama, Jonatan mengaku sangat sedih bercampur rasa bangga dengan pemakaman secara militer ini. Dia bangga karena keponakannya itu telah menjadi pahlawan dan mendharmakan jiwanya untuk Indonesia.
"Senang bercampur duka, anak kemenakan kami meninggal dalam misi perdamaian," kata Jonatan.
Jonatan berharap apa yang dilakukan Rama menjadi catatan amal. Dengan demikian, Rama bisa mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan karena tugasnya sebagai pasukan perdamaian dari Indonesia.
"Kami merasa bangga dan juga merasa kehilangan karena kami dapat mendharma-baktikan anak kami berbakti untuk bangsa," kata Jonatan.
Dia pun berharap atasan serta rekan Pelda Anumerta Rama sesama prajurit bisa memaafkan jika dalam bertugas ada kesalahan.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Sudah Ketetapan Tuhan
Sementara itu, Pangdam I Bukit Barisan Mayjen TNI Irwansyah meminta keluarga mengikhlaskan Pelda Rama. Menurutnya, nyawa manusia sudah menjadi ketetapan Tuhan.
"Tidak ada yang bisa menunda jika Tuhan berkehendak, maka dengan imanlah kita bisa mengikhlaskan," kata Irwansyah.
Kepada keluarga Pelda Rama, Irwansyah menyampaikan belasungkawa dan penghargaan setinggi-tingginya atas jasa almarhum menjaga perdamaian dunia.
"Kita sudah mengantarkan almarhum ke tempat terakhir. Kita doakan almarhum diterima di sisi-Nya," ucap Irwansyah.
Pelda (anumerta) Rama merupakan kontingen pasukan penjaga perdamaian PBB (Monusco) dari Indonesia di Kongo. Dia menjadi korban serangan pemberontak Pasukan Aliansi Demokratik (ADF) pada Senin malam (22/6/2020) waktu setempat.
Saat itu, Serma Rama sedang patroli bersama rombongan. Tiba-tiba dia diserang sekitar 20 kilometer dari Kota Beni di Provinsi Kivu Utara.
Advertisement