Sukses

Buaya Nusakambangan Muncul Lagi, Dejavu Kejadian Tahun Lalu 

Buaya Nusakambangan mulai muncul lagi sejak tahun lalu. Sempat raib, sempat raib sekarang muncul lagi.

Liputan6.com, Jakarta Buaya Nusakambangan kembali bikin heboh warga Kampung Laut, Cilacap, Jawa Tengah, pekan ini. Tak punya takut, buaya itu muncul di depan Dermaga Pos TNI AL, Klaces.

Lokasi itu sekaligus kompleks Pemerintah Kecamatan Kampung Laut. Boleh dibilang, tempat ini adalah pusat keramaian di kecamatan yang berada di Laguna Segara Anakan itu.

Tak pelak kemunculan buaya Nusakambangan ini pun bikin heboh warganet. Salah satunya diunggah oleh akun Facebook, Imam Suyanto.

Dia mengunggah satu foto penampakan buaya. Sayang jarak buaya terlalu jauh sehingga tak bisa diperkirakan berapa besar ukuran si buaya.

Kustoro, warga Desa Ujungalang, Kampung Laut membenarkan penampakan buaya tersebut. Buaya itu dilihat oleh nelayan yang tengah melintas di lokasi tersebut pada Jumat, 3 Juli 2020.

“Jumat sore, itu di depan kantor Kecamatan Kampung Laut,” ucap Toro, Minggu (5/7/2020).

Menurut dia, buaya sempat menghilang dari kawasan Nusakambangan dan Laguna Segara Anakan usai kematian seekor buaya jumbo berukuran nyaris 4 meter pada Agustus 2019 silam. Anehnya, setelah itu, buaya-buaya lainnya pun lenyap tanpa terdeteksi keberadaannya.

Namun, bagi Kustoro kemunculan buaya di Kampung Laut tidak lah aneh. Kampung Laut dan Laguna Segara Anakan pada masa lalu memang habitat buaya.

 

 

Saksikan Video Buaya Nusakambangan

2 dari 6 halaman

Masa Perburuan Buaya

Bahkan, hingga era 1970-an, perburuan buaya adalah hal biasa di Kampung Laut. Sosok yang dikenal piawai menangkap buaya adalah Kaki Sobari.

Dia dikenal sebagai pawang handal pada masa jayanya. Buaya dijual kulitnya dan dikonsumsi dagingnya.

“Terakhir mungkin sekitar 1975,” kata Kustoro.

Menurut dia, kemunculan buaya di Laguna Segara Anakan menunjukkan bahwa kawasan air payau dan mengrove memang menjadi habitat alami buaya. Di laguna dan hutan mangrove, buaya bisa memangsa ikan maupun hewan liar, semacam celeng.

Meski muncul sejak tahun lalu, tak pernah dilaporkan sekali pun buaya menyerang manusia. Kustoro menduga, sumber makanan buaya masih cukup sehingga tak agresif.

Nah, bukan kali ini saja buaya-buaya Nusakambangan membuat geger. Setahun yang lalu ulah mereka juga 'cari perhatian'. Berikut ini rekaman ceritanya.

 

 

3 dari 6 halaman

7 Buaya Mondar Mandir

Ini kejadian setahunan lalu, Mei 2019. Warga Cilacap heboh oleh penampakan buaya di perairan Nusakambangan yang berbatasan langsung dengan Cilacap. Buaya itu diperkirakan berukuran antara 3-4 meter.

Buaya itu mondar-mandir di perairan Teluk Penyu hingga perairan Donan, yang sudah masuk ke Kawasan Laguna Segara Anakan. Dalam foto dan video yang beredar, tampak buaya berenang ke Dermaga Khusus eks-Holchim yang berdekatan dengan Dermaga Wijayapura.

Di foto lainnya, buaya di perairan Nusakambangan ini berenang lebih ke tengah, lebih dekat ke Pulau Nusakambangan. Area ini juga berdekatan dengan perairan Teluk Penyu, sebuah destinasi wisata yang begitu populer di Cilacap.

Barang tentu keberadaan buaya di perairan Nusakambangan ini membuat nelayan Cilacap dan warga yang kerap beraktivitas di kawasan ini khawatir. Pasalnya, perairan antara Teluk Penyu hingga Laguna Segara Anakan merupakan kawasan nelayan Cilacap mencari ikan serta transportasi air.

Aktivitas pemancing hingga wisatawan juga nyaris tak pernah berhenti sepanjang hari, bahkan hingga malam tiba. Keberadaan buaya meningkatkan risiko konflik buaya dengan manusia.

Yang lebih mengkawatirkan diduga buaya tak hanya berjumlah satu ekor. Berdasar laporan nelayan anggota Masyarakat Mitra Polisi Kehutanan (MPP) Nusakambangan di Kampung Laut, buaya berjumlah tujuh ekor.

Koordinator MMP Nusakambangan Cilacap, Tarmuji mengatakan, berdasar laporan anggota MPP dan nelayan di Kampung Laut, kawanan buaya itu tampak sekitar dua pekan sebelumnya. Kemudian, sepekan lalu buaya dilaporkan tampak di perairan muara.

 

4 dari 6 halaman

Emak-Emak Heboh

Buaya sempat menghilang, muncul lagi sepekan kemudian. Sebelumnya penampakan buaya Nusakambangan di Perairan Teluk Penyu dan Bengawan Donan bikin heboh. Lantas, buaya itu raib.

Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Jawa Tengah yang berupaya menyisir pun hanya bisa gigit jari. Buaya Nusakambangan, benar-benar hilang dari peredaran.

Pekan berganti, buaya Nusakambangan kembali menampakkan diri. Kali ini buaya ini terpergok oleh serombongan emak-emak penumpang perahu yang tengah melakukan perjalanan di Laguna Segara Anakan.

Video penampakan buaya itu beredar luas di berbagai linimasa, terutama Facebook dan WhatsApp. Nampak emak-emak penumpang perahu begitu heboh oleh penampakan buaya yang diperkirakan sepanjang empat meter itu.

Di belakang buaya raksasa itu, nampak masih ada seekor lagi, dengan ukuran lebih kecil. Di antara kekhawatiran bertemu makhluk buas itu, satu penumpang perahu merekamnya.

Namun, penumpang perahu lainnya nyaris tak bisa mengendalikan diri. Mereka takut diserang buaya dan meminta tukang perahu untuk mempercepat laju perahunya. Pasalnya, jarak antara perahu dengan buaya itu cukup dekat, hanya kisaran belasan meter.

“Cepetan Pak Raji,” ucap salah satu penumpang perahu itu.

Tak diketahui pasti siapa dan hendak ke mana rombongan berperahu ini. Tetapi, belakangan diketahui penampakan buaya Nusakambangan itu terjadi di Terobosan Buaya, kawasan Laguna Segara Anakan.

 

5 dari 6 halaman

Asal Muasal Buaya Nusakambangan

Menilik ekosistem wilayah Nusakambangan yang berimpitan dengan Laguna Segara Anakan fenomena ini sebenarnya biasa saja. Tetapi, kemunculan buaya di perairan Nusakambangan ini menjadi luar biasa lantaran selama belasan tahun tak pernah sekalipun ada buaya terdeteksi di wilayah ini.

Maklum, sekitar 20 tahun ke belakang, perairan ini menjadi kawasan padat aktifitas.

Nelayan Bengawan Donan hingga Kampung Laut menggunakan jalur ini untuk melaut. Pun, nelayan setempat menjadikan kawasan Selat Nusakambangan hingga Laguna Segara Anakan menjadi area tangkapan.

Aktifitas bertambah ramai dengan kapal-kapal pengangkut batu bara, kapur hingga transportasi air yang begitu padat. Boleh dibilang, selama 24 jam, perairan ini tak pernah sepi aktifitas.

Makanya tak aneh jika kemudian kawasan ini sepi dari penampakan hewan purbakala ini, sampai kemudian terdeteksi ada seekor buaya Nusakambangan muncul pada awal Mei 2019.

Soal kembali munculnya predator purba ini, Koordinator Polisi Hutan BKSDA Jawa Tengah Wilayah Konservasi Cilacap, Endi Suryo Heksianto mengatakan ada dua kemungkinan muasal buaya ini. Pertama, buaya tersebut adalah individu yang bermigrasi.

Sebabnya, pada Maret 2019, nelayan dan warga sekitar pesisir Widarapayung, Adipala melaporkan ada penampakan buaya Nusakambangan di pantainya. Diketahui, di sisi timur Widarapayung merupakan habitat buaya muara.

 

6 dari 6 halaman

Berdampingan dengan Buaya

Dua tempat tersebut yakni Muara Sungai Ijo dan Sungai Luk Ulo, Kebumen. Di kedua sungai ini, beberapa tahun terakhir terkonfirmasi menjadi tempat tinggal buaya. Mungkin saja, buaya tersebut bermigrasi dari salah satu sungai ini ke perairan Nusakambangan.

“Ada laporan penampakan buaya pada Maret. Itu yang paling mungkin,” dia menjelaskan.

Namun, tak tertutup pula kemungkian lainnya. Buaya tersebut dibuang atau dilepas oleh pemilknya di sekitar kawasan ini.

Meski begitu, Endi pun meningatkan bahwa perairan Nusakambangan yang terhubung dengan Laguna Segara Anakan yang juga merupakan muara sejumlah sungai besar memang ideal menjadi habitat buaya.

Akan tetapi, sudah bertahun-tahun tidak nampak buaya di kawasan ini. Hanya saja, jika sekarang muncul, yang terbaik adalah menciptakan harmoni agar tidak sampai menimbulkan konflik antara buaya dengan manusia.

“Kemudian kalau melakukan aktiftas, seperti nelayan, naik perahu tidak sendirian, menjaring ikan jangan sendirian, kalau bisa ada temannya sehingga bisa saling mengetahui satu sama lain,” dia mengimbau.

Endi juga berharap berharap agar masyarakat tidak melakukan tindakan apapun apalagi sampai memburu buaya yang nampak di perairan Teluk Penyu dan Nusakambangan.