Sukses

IRT di Palembang Kembangkan Bisnis Rumahan Jahe Saat Pandemi Covid-19

Para Ibu Rumah Tangga (IRT) di Kota Palembang Sumatera Selatan (Sumsel) mengembangkan usaha jahe bubuk di tengah pandemi Covid-19.

Liputan6.com, Palembang - Menelusuri jalan setapak di Lorong Sungai Tawar II Kelurahan Ilir Barat (IB) II Palembang Sumatera Selatan (Sumsel), dipadati dengan berbagai tanaman hijau yang mempercantik sisi rumah-rumah para warga.

Salah satu tanaman yang sedang dibudidayakan oleh warga Lorong Sungai Tawar II Palembang tersebut, yaitu rempah-rempah jahe.

Jahe sendiri menjadi salah satu rempah-rempah tradisional, yang dipercaya bisa meningkatkan imun dan mencegah tertularnya Corona Covid-19.

Ternyata, bahan baku jahe ini dimanfaatkan para Ibu Rumah Tangga (IRT) di Kampung KB Layang-layang Palembang ini, menjadi ladang bisnis ala rumahan.

Kawasan ini sudah menjadi daerah penyaluran Corporate Social Responsibility (CSR) para dosen, di Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP). Program yang dilakukan, yaitu budidaya dan pemanfaatan jahe menjadi usaha sampingan para IRT.

Direktur Pascasarjana UMP Sri Rahayu mengatakan, ini merupakan program pengabdian para dosennya sejak tahun 2017 lalu, yaitu memberikan pelatihan penanaman dan produksi produk jahe.

“Apalagi saat pandemi Covid-19, jahe sangat dibutuhkan untuk meningkatkan imun. Kami terus membina kelompok warga hingga sertifikat halal produk keluar,” katanya, Senin (6/7/2020).

Ada 1 kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Kampung KB Layang-Layang, yang terdiri dari 10 orang IRT di kawasan tersebut yang dibina. Produk yang dihasilkan sendiri, yaitu bubuk jahe yang bisa diseduh menjadi minuman khas rempah-rempah.

Produknya sendiri masih dipasarkan secara online. Bahkan ada beberapa relasinya yang sudah memesan paket bubuk jahe itu, seperti Internasional Marketing Asosiasi (IMA).

“Rencananya akan kita jadikan sovenir khas daerah ini, dengan memberdayakan ibu-ibu di sini, untuk menjadi usaha sampingan,” ujarnya.

Ketua UPPKS Kampung KB Layang-Layang Palembang Nefiri menuturkan, pembinaan sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu. Mereka pun dilatih bagaimana cara menanam jahe dan memproduksi menjadi jahe bubuk.

Mereka baru memproduksi bubuk jahe kemasan pada bulan September 2019 lalu. Dengan pengemasan khusus, UPPKS Kampung KB Layang-Layang Palembang menjual paket bubuk jahenya sebesar Rp10.000 hingga Rp15.000 per kemasan.

 

2 dari 2 halaman

Produksi Sempat Terhenti

“Baru 20 kali kami produksi, karena kemarin pandemi Covid-19 jadi sempat terhenti. Tapi sekarang akan kita mulai lagi. Ada 10 orang yang memproduksi bubuk jahe ini,” ujarnya.

Proses pembuatan bubuk jahe kemasan dilakukan selama satu jam, mulai dari mengupas, memblender hingga memasak jahe tersebut.

Mereka juga mencampur beberapa bahan baku lainnya, seperti gula pasir, jinten, kapulaga, daun pandan dan lada hitam.

“Biasanya seminggu sekali kita produksi. Sejauh ini, pesanan datang di saat ada acara-acara tertentu,” ujarnya.

Wakil Wali Kota (Wawako) Palembang Fitrianti Agustinda mengungkapkan, kawasan ini akan dicanangkan menjadi Kampung Jahe. Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang akan membantu UPPKS Kampung KB Layang-Layang, dalam proses perizinan hingga sertifikasi halal.

“Kita akan bantu agar produksi bubuk jahe ini dikembangkan dan betul-betul layak dikonsumsi. Seperti izin dari BBPOM dan kehalalannya, harus ada syarat-syarat tertentu,” ujarnya.