Liputan6.com, Padang - Beberapa hari terakhir sebagian besar wilayah Sumatera Barat dilanda cuaca buruk, hujan intensitas sedang hingga deras kerap terjadi bahkan menyebabkan banjir di Kota Padang pada 8 Juli 2020.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Minangkabau, memperkirakan kondisi cuaca tersebut masih berpotensi terjadi hingga tiga hari ke depan.
"Potensi hujan masih ada, terutama di Kepulauan Mentawai," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Minangkabau Yudha Nugraha, Senin (13/7/2020).
Advertisement
Yudha menyebutkan, wilayah Sumatera Barat memiliki peluang diguyur hujan intensitas ringan di Kabupaten Pasaman Barat, Kepulauan Mentawai, dan Kota Padang.
"Kemudian wilayah Kabupaten Pasaman, Limapuluh Kota, Agam, Padang Pariaman, dan Kota Pariaman," jelasnya.
Baca Juga
Menurut Yudha puncak hujan terjadi pada November hingga Desember 2020, pada bulan tersebut peluang-peluang terjadinya curah hujan tinggi semakin besar.
Kemudian untuk suhu udara di Ranah Minang berkisar antara 16 hingga 31 derajat celcius, serta angin berembus dari barat daya ke tenggara dengan kecepatan 4 hingga 26 kilometer per jam.
Oleh sebab itu pihaknya mengimbau masyarakat agar mengurangi aktivitas di luar rumah, agar terhindar dari potensi bencana yang bisa terjadi seperti banjir dan longsor serta pohon tumbang.
"Dengan kondisi cuaca seperti ini potensi bencana tentu bisa terjadi, seperti beberapa hari lalu di Kota Padang," tambahnya.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Gelombang Tinggi
Sementara untuk kondisi gelombang laut, terdapat potensi gelombang tinggi lebih dari 4 meter di Samudra Hindia Barat Kepulauan Mentawai, perairan Enggano dan Samudra Hindia Barat Bengkulu.
Potensi gelombang tinggi juga terjadi di perairan barat Kepulauan Mentawai, khususnya di Pulau Sipora, Siberut dan Sikakap.
"Prediksi ini mulai 14 hingga 16 Juli 2020," kata Prakirawan BMKG Maritim Teluk Bayur, Yosyea Okta.
Untuk angin berembus dari tenggara ke selatan dengan kecepatan 2 sampai 20 knots. Oleh sebab itu ia meminta nelayan dan transportasi laut agar memperhatikan kondisi tersebut ketika beraktivitas di laut.
"Kami juga menyampaikan potensi gelombang tinggi ini ke semua pihak pemangku kepentingan sebagai acuan mengambil kebijakan," Yosyea menambahkan.
Advertisement