Liputan6.com, Sikka - VF, merupakan salah satu pasien Covid-19 di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). VF, begitu ia akrab disapa, menjalani perawatan di ruang isolasi RSUD Tc Hillers Maumere selama dua bulan.
Tak seperti pasien lainnya yang sudah sembuh dan bisa pulang cepat, VF dan lima pasien lainnya terpaksa menerima kenyataan bahwa mereka menjalani perawatan lebih lama. Lebih parah lagi, sudah 12 kali di-swab, mereka tetap positif Covid-19.
[
Advertisement
Baca Juga
VF menuturkan, dirinya sempat marah, bahkan frustasi. Namun, ia kemudian memilih untuk pasrah sambil menunggu waktu sembuh. Selama dirawat di ruang isolasi, VF menjalankan rutinitas yang itu-itu saja, memang menjenuhkan.
"Kegiatan sehari di dalam ruangan isolasi hanya, makan, mandi, tidur dan salat," ujarnya kepada Liputan6.com. Senin (20/7/2020) siang saat ia dipulangkan.
Selama dirawat, kondisi fisik VF tetap bugar. Stabil dan tak pernah mengeluh sakit. Bahkan, ia mengalami penambahan berat badan sebesar 5 kilogram.
Mahasiswa semester 6 jurusan akuntansi pada Kampus Muhammadiyah Makassar ini juga tetap konsisten menjalankan aktivitas perkuliahan secara online.
"Selama berada di ruangan isolasi tidak mengganggu aktivitas kuliah. Semua kebutuhan kuliah selalu difasilitasi, seperti kebutuhan kertas, wifi selalu terpenuhi, karena saat ini masih mengikuti kuliah online," dia menerangkan.
Saat diizinkan pulang pada Senin (20/7/2020), VF sangat senang karena ia bisa kembali berjumpa dengan orangtua, keluarga, dan teman-temannya. Namun, perasaan senang itu bercampur dengan cemas.
Pasalnya, ia diizinkan pulang walaupun ia masih positif covid-19 setelah 12 kali menjalani swab test. Di rumah, ia akan melaksanakan masa karantina mandiri selama 14 hari ke depan.
"Saat ini belum tahu kalau pulang ke rumah dengan kondisi seperti ini masih positif, apakah di lingkungan masyarakat diterima dengan baik atau tidak. Kita belum tahu keadaan di lingkungan saat pulang nanti," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Tim Dokter Penanggulangan Covid-19 di Rumah Sakit TC Hillers Maumere, dr Asep Purnama mengatakan, enam pasien itu dipulangkan karena Covid-19 sudah mati, meskipun hasinya swab-nya masih positif.
Menurutnya, pemeriksaan PCR dilakukan untuk mendeteksi materi genetik baik virus maupun bakteri. Uji swab dalam pemeriksaan Covid-19, dilakukan untuk mendeteksi materi genetik Covid-19 yang disebut RNA virus.
"Materi genetik ini kalau terdeteksi maka akan ada virus yang ada dalam tubuh pasien. Berbahaya itu kalau virusnya hidup dan menular. Beberapa penelitian di berbagai negara seperti Singapura, ternyata virusnya bisa dibiarkan atau diisolasi sampai hari ke 10. Setelah itu tidak bisa diisolasi atau ditemukan lagi dalam keadaan hidup atau bisa menular lagi," jelasnya.
"Yang ditemukan hanya materi RNA virus, seperti bagian tubuh virus tetapi dia tidak menular lagi," tambahnya.
Kalaupun RNA virus masih ada dalam tubuh dan tetap positif hasil swab, akan tetapi virusnya sudah mati dan tidak bisa menular lagi. Hanya ada fragmen genetiknya yang ada dalam tubuh pasien.
"WHO memberikan pedoman dalam 10 hari tidak ada gejala, secara idealnya bisa dipulangkan dari ruangan isolasi. Dengan penemuan yang baru saat ini, kita tidak harus menunggu selama berbulan-bulan sampai pasien tersebut dinyatakan negatif dari Covid 19. Karena virus ini sudah tidak hidup dan tidak menular lagi ke manusia," terangnya.
Ia mengimbau masyarakat agar tidak bereaksi lebih dengan kepulangan pasien. Ia juga mengajak masyarakat untuk tetap menjalankan ptotokol kesehatan yang sudah ditetapkan pemerintah.
"Virusnya sudah mati dan tidak menular lagi," tutupnya.