Sukses

Simsalabim, Anak Muda Maumere Sulap Lahan Kosong Jadi Kebun Organik

Kebutuhan manusia akan makanan dari sumber petanian membuka peluang bisnis yang menjanjikan. Namun, menciptakan aneka produk pertanian yang berkualitas dan bebas dari bahan kimia adalah pekerjaan rumah bagi petani.

Liputan6.com, Sikka - Kebutuhan manusia akan makanan dari sumber petanian membuka peluang bisnis yang menjanjikan. Namun, menciptakan aneka produk pertanian yang berkualitas dan bebas dari bahan kimia adalah pekerjaan rumah bagi petani.

Produk organik identik dengan harga mahal karena hasil bumi itu diklaim bebas dari pestisida dan dikembangkan melalui perawatan yang tidak gampang. Di sisi lain, pergeseran pola hidup sehat kalangan masyarakat urban cukup berhasil menempatkan tanaman organik menjadi primadona dibandingkan dengan makanan cepat saji.

Pembeli produk organik berupa sayur, buah, tanaman bumbu dan lainnya, datang dari kelompok masyarakat kalangan menengah ke atas. Fenomena tersebut membuat pasar produk perkebunan organik makin terbuka dan kompetitif.

Pangsa pasar untuk beragam sayuran dan aneka buah organik ini adalah kalangan pekerja produktif dan kalangan rumah tangga yang ingin memberikan makanan sehat, bergizi, sekaligus bebas pupuk kimia.

Potensi pasar produk sayuran organik di Kota Maumere, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, dinilai makin baik. Makin hari, makin banyak warga yang mengonsumsi sayuran organik. Peluang pasar ini yang coba dikembangkan oleh Karya Misi Center Keuskupan Maumere. Dengan memanfaatkan lahan yang tidak terpakai di kompleks bengkel di bagian belakang, mereka menanam aneka sayuran organik.

Pengelola Bengkel Misi Maumere, A Dian Setiati, mengatakan produk pertanian dengan pengelolaan pangan organik itu dirintis pada tahun 2010 oleh Uskup Maumere.

Dian menyebut, ide ini muncul mengingat banyak produk pertanian dari Kabupaten Sikka yang dibawa ke luar daerah dan dijual secara gelondongan. Dengan begitu, masyarakat terutama para petani bisa mendapatkan penghasilan yang lebih baik dengan menjual produk olahannya.

"Ada lahan bekas tempat pembuangan sampah di belakang bengkel, kami ubah menjadi kebun contoh. Kami jadikan sebagai kebun organik untuk mengajar anak-anak muda terjun ke dunia pertanian," ungkapnya kepada Liputan6.com, Selasa (21/7/2020).

Pertanian organik menjadi pilihan, sehingga pihaknya langsung memberikan training kepada anak-anak muda agar bergelut di pertanian organik, terutama sayuran dan buah-buahan.

"Kami sudah adakan lima kali training dan terhenti karena ada Covid-19. Kami fokus di pertanian organik, termasuk menggunakan teknik penanaman hidroponik," dia menerangkan.

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.