Sukses

Tua Reta Lou, Tarian Perang Sikka NTT yang Bikin Jantung Berdegup Kencang

Tarian adat ini sudah dikenal dari generasi ke generasi. Tarian ini ada sejak generasi ke-10

Liputan6.com, Sikka - Kabupaten Sikka, NTT terkenal dengan keunikan budayanya. Di wilayah ini, ada tarian perang yang diberi nama tarian Tua Reta Lou.

Tarian adat ini sudah dikenal dari generasi ke generasi. Tarian ini ada sejak generasi ke-10. Sekarang tarian ini sudah dipentaskan ke berbagai daerah di Indonesia.

Tua Reta Lou adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari kampung Hewokloang-Seusina Raya, meliputi kampung Hewokloang, He'o, dan Kewa-Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.

Tarian ini melambangkan jiwa ksatria dan mental pahlawan masyarakat Hewokloang kuno. Tarian ini umumnya dibawakan oleh penari pria dan wanita dengan mengenakan busana perang ala orang Hewokloang dengan busana Ragi gaing.

Tarian ini awalnya dipentaskan oleh masyarakat Tana Uta Hewokloang, khususnya panglima perang dan para prajuritnya setelah pulang dari medan pertempuran.

Saat ini tarian Tua Reta Lou juga selalu dipentaskan saat upacara kematian bagi suku yang dulunya menjadi pahlawan, dan juga turunannya.

"Jika ada keturunan mereka yang meninggal dunia, maka tarian Tua Reta Lou ini selalu dipentaskan," ujar Koordinator Sanggar Bliran Sina, Desa Kajowair, Kecamatan Hewokloang, Sikka, Yoseph Gervaius kepada Liputan6.com, Sabtu (25/7/2020).

Selain dipentaskan di Sanggar Bliran Sina, tarian ini juga biasa dipentaskan dalam berbagai acara adat, maupun festival kebudayaan.

"Tarian Tua Reta Lou ini sangat diminati para wisatawan yang datang berkunjung ke sanggar," katanya.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Sejarah Tarian Tua Reta Lou

Ia mengatakan, berdasarkan sejarah lisan yang dituturkan, Hewokloang pada zaman dahulu sering berperang dengan suku kampung tetangga. Perang yang sangat terkenal dan masih menjadi cerita turun temurun adalah Nuhu Rohe dan Tua Rea Lou.

"Dalam pentas tarian ini, ada seorang pria dalam balutan busana tradisional sedang meliuk-liuk di udara dengan bertumpu pada sebatang bambu setinggi 3-4 meter, tentu saja akan mengundang decak kagum," ungkapnya.

Tarian ini merupakan tarian perang antarsuku, di mana seorang penari yang berada di atas bambu sambil memegang pedang panjang. Pria itu bertugas sebagai pengintai musuh. Sebagai pengintai musuh, ia harus memberikan komando untuk menyerang atau tetap bertahan.

"Di bawahnya, ada beberapa orang penari memegang erat tiang bambu," katanya.

Tarian ini merupakan tarian tradisional dari Maumere yang menggambarkan teknik perang leluhur orang Maumere dan etnik Sikka Krowe di masa lampau.

"Sebagai tradisi yang harus terus di perkenalkan ke generasi-generasi yang akan datang maka tarian ini selalu dipentaskan dan diajarkan ke generasi saat ini, sehingga peninggalan budaya tarian ini tidak hilang," sebutnya.

3 dari 3 halaman

Kombinasi Tiga Tarian

Tua reta lo’u sebenarnya terdiri atas tiga tarian yang menggambarkan tiga teknik perang, terdiri atas tiga tarian yang dikombinasikan yakni tarian Awi Alu, tarian Mage Mot dan tarian Tua Reta Lou yang ditarikan secara berurutan oleh belasan penari perempuan dan laki-laki.

Biasanya para penari akan diiringi dengan tabuhan irama gong waning dengan berbagai jenis pukulan.

"Ketiga tarian tersebut berkaitan dengan ketangkasan perang yang wajib dimiliki oleh setiap laki-laki," ungkapnya.

Tarian awi alu menggambarkan latihan ketangkasan tubuh bagian bawah. Pada tahap ini para penari akan melompat di antara tongkat-tongkat kayu atau bambu yang dibenturkan oleh penari lain.

"Tongkat yang beradu akan menghasilkan bunyi. Tarian awi alu ini menyerupai tari tongkat yang biasa dimainkan anak-anak Pramuka," jelasnya.

Selanjutnya ada tarian Mage Mot. Tujuan tarian Mage Mot ditujukan untuk melatih ketangkasan tubuh bagian atas. Modelnya serupa dengan tarian Awi Alu hanya saja bila pada tarian Awi Alu tongkat ditempatkan pada jarak 20-30 sentimeter dari tanah maka pada tarian Mage Mot tongkat akan ditempatkan sejajar dengan leher.

Terakhir adalah keterampilan mengintai yang disajikan dalam bentuk tarian Tua Reta Lou. Pada sesi ini seorang penari pria lengkap dengan pedangnya akan manaiki sebuah tiang bambu oleh rekan-rekannya.

Si penari akan bertumpu pada ujung tiang dengan perutnya. Ia berputar ke segala arah seperti sedang memantau keadaan. Tiang dipegang oleh beberapa penari pria sambil beberapa penari wanita menari di sekeliling mereka.