Liputan6.com, Blora - Orangtua mana yang tidak sedih saat melihat anak balitanya saban hari sesak napas. Hal itu dirasakan seorang ibu bernama Zumrotun (35), warga Desa Tempel Lemahbang, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Menurut pengakuan Zumrotun, selain sesak napas, baju anaknya juga tampak cepat kotor terkena debu yang berasal dari cerobong arang pembuatan briket di dekat rumahnya.
Tak hanya itu, tiap bangun tidur, katanya, lubang hidung sang anak penuh dengan kotoran hitam yang diyakininya berasal dari debu briket tersebut.
Advertisement
Dirinya khawatir, jika terus-terusan menghirup debu briket, kesehatan anaknya yang baru berusia 2 tahun 5 bulan bakal terganggu.
"Kulo nggeh terganggu, ambekan dadi sesek semua. Khususe anakku seng cilik iki, upile menghitam, ambekane ikut sesek. (Saya ya terganggu, pernapasan jadi sesak semua. Terutama anak saya yang kecil ini, upil menghitam, pernapasan juga sesak)," kata Zumrotun saat ditemui Liputan6.com, Selasa (28/7/2020).
Zumrotun mengungkapkan, mulanya dia mengira debu yang muncul di rumahnya itu adalah debu biasa, seperti debu yang muncul saat musim kemarau. Namun setelah diamatinya setiap hari, debu semakin menebal.
Baca Juga
"Parahe yen pas produksi, bledug masuk rumah sampai kandel. Awale tak kiro bledug biasa pas musim ketigo. (Parahnya jika pas produksi, debu masuk rumah hingga tebal. Awalnya saya kira debu saat musim kemarau)," ucap ibu dua anak itu.
Dirinya dan warga lain berharap pencemaran udara yang disebabkan pabrik briket itu bisa dihentikan karena mengganggu kesehatan masyarakat.
Hal senada juga di sampaikan warga lainnya, Hery Firmansyah (39). Dirinya juga merasa terganggu dengan keberadaan pabrik briket yang terletak di dekat pemukiman penduduk.
"Terus terang saya keberatan dan terdampak adanya pabrik briket di desa kami," katanya.
Hery mengatakan, warga sudah menyarankan kepada karyawan pabrik untuk meninggikan cerobong, namun saran itu tidak dilakukan hingga saat ini.
"Sudah saya kasih tahu karyawannya agar disampaikan ke pemilik pabrik briket, tapi belum ada respons penanganan," katanya.
Dirinya menyayangkan pihak pabrik yang tidak meminta persetujuan atau paling tidak meminta izin kepada warga di sekitar pabrik yang terkena dampak pencemaran.
Sementara itu, Kasbi, Kepala Desa (Kades) Tempellemahbang, saat di konfirmasi Liputan6.com mengaku belum mengetahui perkara pencemaran tersebut di wilayahnya. Dia bilang, akan segera mengecek kondisi lokasi pabrik.
"Nanti setelah acara saya tak ngecek ke sana. Ini masih acara di Seloparang," kata Kasbi melalui sambungan seluler.
Saat disinggung lebih lanjut terkait keberadaan pabrik briket tersebut, Kasbi mengaku selama ini aktivitas mereka belum laporan ke pihaknya dan sosialisasi di sekitar lokasi.
"Kalau di zaman saya belum pernah, tapi kalau ke kepala desa yang dulu saya belum tahu," ucapnya.
Â
Simak juga video pilihan berikut ini:
Tanggapan Pihak Pabrik
Pihak Pabrik Briket saat dikonfirmasi terkait permasalahan ini menjelaskan, mereka telah diberitahu tentang keluh kesah warga bahwa ada yang terganggu aktivitas pabrik.
Teguh, Kepala Sumber Daya Manusia (SDM) di Pabrik Briket CV Krambil Jawadwipa Nusantara mengatakan, pihaknya telah bertindak dan menyiapkan solusi penanganan lebih lanjut dan secepat mungkin akan sosialisasi ke warga, khususnya di sekitar lokasi pabrik yang terdampak polusi.
"Solusinya kita sudah berupaya beli blower penyedot, sama terpal untuk tutup," katanya.
Sebagai informasi, debu yang berasal dari arang dari batok kelapa itu beterbangan di sekitar pabrik di Desa Tempellemahbang. Lokasi itu digunakan sebagai tempat proses mengayak dan menggiling. Sedangkan yang proses nyetak briketnya bukan di lokasi setempat. Melainkan di Kalitengah, Kecamatan Jiken.
Teguh menyampaikan, pemilik usaha Pabrik Briket tersebut bernama Arif Budiono asal Cepu, Blora. Saat ini yang bersangkutan berdomisili di Jakarta.
Atas laporan yang terjadi, dia mengungkapkan, pemiliknya akan diberitahu lebih lanjut informasinya. Dia bilang, pihak pabrik akan melakukan upaya agar tidak merugikan orang lain disekitar lokasi keberadaan.
"Secara hukum atau secara apapun kita nggak boleh merugikan orang lain. Pabrik ya mendayagunakan masyarakat sekitar," katanya.
Lebih lanjut Teguh mengungkapkan, keberadaan pabrik meski belum sosialisasi dengan warga sekitar lokasi, namun warga Desa Tempellemahbang ada beberapa yang dipekerjaan di Pabrik Briket tersebut.
Berdasarkan informasi, aktivitasnya CV Krambil Jawadwipa Nusantara di Desa Tempellemahbang ini sebatas ngontrak, yang sebagian adalah tanah aset desa yang dikontrakkan.Â
Advertisement