Liputan6.com, Makassar - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) mendorong para pustakawan di Indonesia untuk lebih aktif melakukan diseminasi beragam informasi di tengah pandemi Covid-19.
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengajak pustakawan untuk cepat beradaptasi dengan teknologi berbasis digital termasuk di dalamnya memanfaatkan berbagai aplikasi digital yang sudah disiapkan oleh Perpusnas.
Baca Juga
Saat menjadi pembicara di Webinar Inovasi dan Kreasi Pustakawan Dalam Meningkatkan Kompetensi Menghadapi New Normal yang diadakan Universitas Hasanuddin, Makassar, pada Selasa (4/8/2020), Syarif mengatakan, memaksa nyaris hampir semua aktivitas dilakukan dari rumah. Perpustakaan bisa menjadi jalan keluar karena menawarkan bermacam aplikasi digital yang bisa dimanfaatkan siapa pun, termasuk akademisi, untuk mencari informasi yang akurat.
Advertisement
Dahulu, kata Syarif, perpustakaan hanya dikenal sebagai deretan buku berdebu dan pustakawan bertugas menjaga mengelola buku. Paradigma kemudian berubah sehingga di era saat ini perpustakaan dan pustakawan dibantu kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), berperan mentransformasi pengetahuan.
"Artinya, kandungan informasi dan pengetahuan akan bermanfaat besar jika didistribusikan kepada masyarakat," katanya.
Perpustakaan dan pustakawan harus mau beradaptasi dengan perubahan yang ada akibat pandemi agar tetap bisa survive. Perubahan layanan dengan melakukan inovasi agar pemustaka bisa mengakses informasi yang ada di perpustakaan.
Diseminasi informasi harus sering dilakukan pustakawan. Jangan lagi hanya bergelut dengan buku-buku tetapi bagaimana kandungan buku yang dibaca lalu dibuat konten ke dalam media sosial menggunakan perangkat digital yang dikuasai. Dunia memerlukan pustakawan yang memiliki wawasan yang luas, tanggap dan sanggup memberikan informasi dengan cepat.
"Profesi pustakawan adalah profesi yang istimewa karena mempunyai akses sumber pengetahuan yang akurat. Jadikan ini sebagai keunggulan kompetensi. Hal ini penting untuk mengantisipasi hoaks yang marak terjadi selama pandemi," ungkap Syarif Bando.
Dalam acara tersebut, hadir pula Rektor Universitas Hasanuddin, Dwia Aries Tina Pulubuhu sebagai opening remark, sementara para pembicaranya, hadir Sekretaris Universitas Hasanuddin, Nasaruddin Salam, Kepala Biro Perencanaan Perpustakaan Nasional Joko Santoso dan Kepala Dinas Perpustaaan dan Kearsipan Sulawesi Selatan Mohammad Hasan sijaya.
Dalam pemaparannya Joko Santoso mengungkapkan, bangkit dari pandemi melalui literasi merupakan bentuk kampanye yang digalakkan pemerintah saat ini. Dan perpustakaan menjadi bagian di dalamnya.Penguatan literasi tidak hanya berfokus pada kampanye gemar membaca fisik saja tapi semua channel atau media yang ada. Baik ebook hingga media digital termasuk di dalamnya Youtube dan Podcast.
"Situasi pandemi sekarang ini harus membuat pustkawan lebih kreatif dan inovatif dalam mengkampanyekan literai," ungkap Joko.
Lebih jauh Joko menjelaskan parameter pembangunan perpustakaan di Indonesia yang mencakup kemerataan layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial, tenaga perpustakaan yang terampil, kreatif, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat, tranformasi perpustakaan berbasis koleksi dan program untuk masyarakat, serta komitmen juga dukungan stakeholder untuk transformasi perpustakaan yang berkelanjutan.
"Arah transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial adalah sebagai pusat budaya, pusat kebudayaan dan pusat kegiatan masyarakat," pungkas Joko.