Sukses

Mimpi Nenek Maisaroh Bisa Naik Haji Bermodal Gerobak Sampah di Sanggau

Setiap barang bekas yang dijual hasilnya ia sisihkan ditabung untuk naik haji

Liputan6.com, Sanggau - Maisaroh, nama lengkapnya. Perempuan berusia 54 tahun ini setiap hari memulung sampah. Barang bekas pakai itu, Maisaroh pungut sejak dinihari.

Pandemi Covid-19, tak menyurutkan langkahnya mencari rezeki.

Ia mengenakan masker pemberian dan pencuci tangan sanitizer. Pemulung ini patuh protokol yang dianjurkan pemerintah. Ia mengaku baik-baik saja, tidak mengeluh sakit.

“Pukul 02.00 WIB saya sudah turun cari barang bekas,” tutur Maisaroh kepada Liputan6.com di Warung Kopi Among, Jalan Gunung Bentuang, Kelurahan Ilir Kota, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, pagi jelang siang.

Wanita asal Lombok, Nusa Tenggara Barat itu bercerita, awal masuk Kalimantan Barat pada tahun 1994. Saat itu, ia bersama suaminya bertransmigrasi ke Penyelimau, Kabupaten Sanggau.

“Akhirnya kami pindah ke Kota Sanggau,” ucap Maisaroh sembari memilah pungutan sampahnya. Di gerobaknya tampak ada bekas air botol, gelas mineral, dan kardus.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Tiap Hari Tempuh Belasan Kilometer

Lorong demi lorong ia singgahi. Matanya menatap tajam setiap benda yang dilihatnya. Dengan tubuh ringkih, ia mendorong gerobak sejauh belasan kilometer.

Tetesan keringat mengucur. Ini demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.

“Suami saya kerja sawit,” ujar Maisaroh.

Usianya yang senja tidak mengurangi semangatnya untuk tetap berjuang. Bajunya telah lusuh, kulitnya keriput dan hitam legam disengat panasnya sinar matahari.

Namun ia tidak goyah. Hujan panas, menjadi makananya saban hari.

“Pokoknya sebelum penuh gerobak, tidak pulang saya. Ya saya bersyukur Alhamdulillah, setiap jam 10.30 WIB, penuh gerobak isinya,” tutur Maisaroh yang enggan menyebut berapa anaknya itu.

 

3 dari 3 halaman

Menabung untuk Biaya Naik Haji

“Tidak usah, malu saya,” ucapnya.

Ia juga mengaku setiap barang bekas yang dijual hasilnya ia sisihkan ditabung untuk naik haji.

“Mudah-mudahan terkabul doa saya,” kata Maisaroh.

Pundi rupiah ia dapat puluhan hingga ratusan ribu setiap harinya. Uang itu ia simpan. Dan ada juga untuk kebutuhan sehari-harinya makan.

“Saya tidak mau nyusahkan anak-anak saya. Karena mereka punya tanggung jawab,” ucapnya.

Jarum jam menunjunkan pukul 10.30 WIB. Maisaroh bergegas pulang ke rumah anaknya.