Liputan6.com, Bone Gotong-royong dan saling bahu-membahu dalam menyukseskan suatu program sepertinya sudah menjadi sifat masyarakat Indonesia, karena merupakan implementasi sila keempat Pancasila. Agen perubahan (agent of change) juga merupakan salah satu penentu keberhasilan dari suatu program. Mereka biasanya merupakan pemantik perubahan kepada masyarakat di sekitarnya.
Dalam bidang perpustakaan, misalnya, agen perubahan bisa memainkan perannya sebagai mediator pengetahuan kepada masyarakat di sekitarnya, sehingga mereka tahu informasi yang dibutuhkan. Efek positifnya, masyarakat menjadi melek literasi.
Di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, kini berdiri sebuah perpustakaan dengan nuansa interior lokal. Seiring berdiri dan aktifnya perpustakaan, para penggerak kegiatan literasi mengajak masyarakat menjadi agen perubahan, mediator pengetahuan, serta penyebarluasan informasi kepada seluruh lapisan masyarakat sesuai dengan kebutuhannya melalui perpustakaan dengan basis inklusi sosial.
Advertisement
Saksikan video menarik di bawah ini
Peran aktif pustakawan
Pustakawan Perpustakaan Bone, Juniarti Bachtiar, kepada Liputan6.com mengatakan, perpustakaan berperan untuk menghubungkan antara sumber pengetahuan dengan pengguna pengetahuan. Inklusi sosial merupakan interaksi kita secara bergotong royong guna menjadikan perpustakaan sebagai rumah dan sumber pengetahuan.
“Pustakawan sebagai katalisatornya dalam usaha mempercepat proses diseminasi pengetahuan tersebut,” katanya.
Ia berharap perpustakaan yang ada di kabupaten/kota dijadikan sebagai sahabat terbaik. Sekaligus sebagai pusat belajar dan berkegiatan bagi masyarakat sehingga mampu meningkatkan kualitas sumber daya mereka.
"Bentuk dan kerja nyata pustakawan itu adalah ikut turut berperan serta dalam penguatan pengembangan perpustakaan. Kata kuncinya adalah tulus baca data yang valid untuk penguatan pengembangan perpustakaan agar terwujud masyarakat yang berbudaya baca," ucapnya menjelaskan.
Advertisement
Warga aktif bergerak
Di lain pihak, Aang, warga kabupaten Bone yang juga pegiat literasi digital, merespons baik adanya perubahan di masyarakat, khususnya pada sektor usaha ekonomi kecil dengan memanfaatkan teknologi digital untuk menyebarluaskan usaha yang digelutinya melalui perpustakaan.
"Inilah manfaat besar perpustakaan sebagai rumah baca kehidupan untuk mentransformasi kekhasan identitas sosial berdasarkan tradisi yang menjadi basis cara pandang dan hidup masyarakat Bugis di Bone,” katanya.
Bagi Aang, perpustakaan menyimpan harta karun besar yang bermanfaat bagi peradaban. Apalagi, kekhasan identitas sosial masyarakat adat Bugis di Bone masih bergantung dengan sumber daya alam dan pola pengelolaannya yang parsial. Program inklusi diharapkan bisa mengubah pola pikir tersebut.
Perpustakaan Memajukan Literasi
Sementara itu, pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pemkab Bone, Andi Mampagara sendiri mengakui bahwa tidak mudah menghadapi tantangan masa depan. Namun, perpustakaan menunjukkan peran sentral dengan memperbaiki mutu pendidikan sebagai upaya meningkatkan sumber daya manusia agar menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perpustakaan adalah motor penggerak, pusat belajar yang berandil besar menciptakan masyarakat yang mempunyai kemampuan literasi lebih tinggi, sehingga mendorong perubahan kualitas hidupnya menjadi lebih baik. Dalam perpustakaan tersimpan informasi yang dibutuhkan masyarakat dalam menghadapi tantangan dunia.
"Semua diarahkan pada upaya peningkatan mutu pendidikan, sehingga ada korelasi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan zaman saat ini,"' katanya menegaskan.
Advertisement