Sukses

Penampakan Salah Satu Pohon Terbesar di Dunia yang Tumbuh di Agam

Pohon ini diperkirakan berusia sekitar 560 tahun

Liputan6.com, Agam - Sebuah pohon berukuran raksasa yang tumbuh di Kabupaten Agam, Sumatera Barat dilaporkan sebagai salah satu pohon dengan diameter terbesar di dunia.

Pohon jenis Medang bernama latin Litsea sp yang tumbuh di Nagari Malintang, Kecamatan Tanjung Raya, Agam itu memiliki keliling pohon mencapai 14,5 meter dengan diameter 4,5 meter dan tinggi sekitar 35 meter.

Pengendali Ekosistem Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat, Ade Putra kepada Liputan6.com mengatakan dari data yang ada, pohon ini merupakan salah satu yang terbesar di dunia.

"Setelah dianalisa, pohon ini diperkirakan berusia sekitar 560 tahun," ujarnya, Minggu (16/8/2020).

Pohon raksasa di Agam ini, hampir menyerupai pohon terkenal dari jenis Agathis yaitu pohon Tane Mahuta yang berada di hutan Waipoua, Selandia Baru, dengan diameter 4,4 meter dan tinggi 50 meter.

"Pohon di Selandia Baru ini sudah ada sejak 1.250 tahun yang lalu, atau bahkan 2.500 tahun," ujarnya.

Kemudian di Taman Nasional Sequoia di California, ada sebuah pohon Sequoua yang diberi nama General Sherman yang tercatat sebagai pohon terbesar dan tertua di dunia.

Diameter pohon di Taman Nasional Sequoia di California itu mencapai 11 meter. Tinggi lebih dari 80 meter dengan umur sudah lebih dari 2.000 tahun.

Dari data tersebut, dapat dikatakan pohon jenis Medang di Kabupaten Agam ini masuk sebagai salah satu pohon yang berdiamater terbesar di dunia.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Keanekaragaman Hayati di Agam

Menurut Ade adanya potensi kekayaan keanekaragaman hayati ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi Indonesia. Keberadaan pohon ini mesti mendapat perhatian dan perlindungan yang maksimal.

"Ini kekayaan alam Kabupaten Agam yang harus dijaga," ucapnya.

Ia menyampaikan pohon ini juga turut mendukung Nagari Koto Malintang melalui wali nagarinya, mendapatkan penghargaan tertinggi bidang lingkungan yaitu Kalpataru dari Presiden Indonesia pada 2013.

Selain itu, kearifan lokal yang telah berlangsung lama menjadikan pohon ini tetap ada dan terlindungi sampai sekarang.

Lokasi pohon ini berada satu kilometer dari pemukiman warga. Waktu tempuh jalan kaki selama kurang lebih 20 menit.

"Ketika melakukan pemantauan keanekaragaman hayati ke sana, kami juga melihat kijang di sekitar hutan itu," Ade menjelaskan.