Sukses

Kisah Mantan Teroris Ikuti Upacara HUT ke-75 RI di Solo

Sebanyak lima mantan narapidana terorisme mengikuti upacara bendera HUT RI di Balai Kota Solo.

Liputan6.com, Solo - Sebanyak lima mantan narapidana terorisme (napiter) mengikuti upacara bendera peringatan HUT RI di Balai Kota Solo. Para napiter tampak khidmat saat mengikuti upacara yang dipimpin oleh Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo serta dihadiri Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto.

Para eks napiter telihat duduk di barisan kursi belakang tamu undangan. Mereka kompak mengenakan seragam kemeja batik, peci, dan masker dengan warna merah dan putih. Saat pengibaran bendera Merah Putih, eks napiter itu ikut berdiri dan hormat.

Adapun kelima mantan napiter itu adalah Mamo, Bayu Setyono, Ari Budi Santoso, Paimin dan Chamidi. Mereka hadir atas undangan dar BIN untuk mengikuti upacara HUT RI yang diselenggarakan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo.

Salah satu eks napiter Paimin mengaku mengikuti upacara peringatan HUT RI sejak keluar dari penjara pada April 2014 lalu. Ia mendekam di penjara karena terbukti memimpin kelompok yang merencanakan untuk meracuni polisi di Polda Metro Jaya pada Oktober 2011 silam.

"Kalau ikut upacara 17 Agustus itu sejak keluar dari LP. Bahkan, saat (upacara) ulang tahun TNI dan Polri selalu mengikutinya ," kata Paimin ketika ditemui usai mengikuti upacara HUT RI di Balai Kota Solo, Senin, 17 Agustus 2020.

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 3 halaman

Kenang Perjuangan Pahlawan

Paimin saat ini mengaku telah sadar dan telah meninggalkan dunia terorisme sejak menndekam di penjara. Ia kini juga merasa senang karena setelah bebas tidak ada penolakan dan diterima dengan terbuka oleh masyarakat. Bahkan, kini dirinya sibuk dengan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat di kampungnya.

"Saya sudah kembali ke rakyat, saya untuk rakyat. Saya sekarang memberdayakan masyarakat melalui program PLS (Peduli Lingkungan Sekitar) dengan ternak lele dan gurameh, mulai dari pembenihan hingga konsumsi," ucapnya.

Sementara itu, eks napiter lainya, Priyatmo alias Mamo mengaku sebelumnya sering mengikuti upacara di Kabupaten Karanganyar setelah keluar dari penjara. Sedangkan, upacara di Balai Kota Solo kali ini merupakan yang pertama kalinya.

Dengan ikut upacara seperti ini diharapkan para eks napiter bisa mengenang dan mengingat kembali perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan dari penjajah Belanda.

"Kalau saya sebagai warga negara Indonesia adanya HUT RI ini untuk mengingat dan tergugah bagaimana pengorbanan para pahlawan. Jangan sampai menyia-nyiakan apa yang telah dikorbankan oleh para pejuang-pejuang dulu," ungkapnya.

Mamo harus mendekam selama lima tahun lantaran kepemilikan senjata yang diselundupkan dari Filipina ke Indonesia melalui Pulau Sebatik pada 2011 lalu. Namun, saat ini dirinya telah keluar dari penjara dan kembali ke masyarakat. Ia ingin sekali untuk bisa fokus mengurus dan merawat orangtua. Tak hanya itu, Mamo bersama dengan kelompoknya juga sibuk mengurus budi daya ikan nila di kampungnya, Karanganyar.

"Di samping budi daya ikan, saya juga dipercaya lurah untuk ikut mengelola BUMDes berupa toko material," ujar dia.

 

3 dari 3 halaman

Rangkul Eks Teroris

Deputi VII BIN, Wawan Hari Purwanto mengatakan BIN mengajak para eks teroris untuk mengikuti upacara bendera peringatan HUT RI di Balai Kota Solo. Diajaknya mereka mengikuti upacara sebagai upaya untuk memupuk rasa nasionalisme.

"Kehadiran eks napiter menjadi simbol kembalinya mereka ke NKRI," kata dia.

Menurut Wawan deradikalisasi merupakan upaya menetralisasi pemikiran radikal pelaku teror. Kegiatan deradikalisasi juga menjadi sangat penting dilakukan di tengah ancaman serangan narasi terorisme yang banyak menyebar lewat internet.

"Proses deradikalisasi bertujuan untuk merehabilitasi dan mereintegrasi eks napiter kembali ke masyarakat," ucapnya