Sukses

Lesunya Produksi Ikan Kering di Agam 'Diterjang' Ombak Besar

Ikan kering atau yang biasa dikenal ikan asin, kini mengalami penurunan produksi di Agam Sumatera Barat.

Liputan6.com, Agam - Berada di kawasan pesisir, Kabupaten Agam Sumatera Barat menjadi salah satu daerah yang memproduksi ikan kering atau ikan asin.

Namun kini, hasil tangkapan yang bisa diolah untuk ikan kering mengalami penurunan. Akibatnya harga ikan kering yang diproduksi nelayan Tiku Zawirman, Kabupaten Agam menjadi mahal.

Selain faktor musim, kurangnya hasil tangkapan nelayan juga disebabkan lebih fokusnya nelayan untuk menangkap ikan segar. Arus transaksi ikan segar cepat dibanding ikan kering.

"Kalau ikan kering butuh berhari-hari baru bisa menghasilkan uang," kata produsen ikan kering Tiku Zawirman, Jumat (21/8/2020).

Selain itu, berkurangnya tangkapan nelayan untuk ikan kering juga disebabkan cuaca tidak yang menentu dan ombak cukup besar, mengakibatkan nelayan tidak bisa ke laut terutama memasang pukat tepi.

"Untuk ikan kering ini biasanya ditangkap nelayan melalui pukat," jelasnya.

Sementara, pemilik usaha penjualan ikan kering, Rodi mengatakan harga ikan kering nelayan Tiku mengalami kenaikan variatif tergantung jenis.

"Kenaikan harga ikan kering nelayan Tiku sudah berlangsung beberapa bulan terakhir," ujarnya.

Ikan kering jenis bada saat ini berkisar antara Rp70 ribu hingga Rp80 ribu per kilogram. Kalau harga normal bada berkisar antara Rp55 ribu sampai 65 ribu per kilogram.

Kemudian harga ikan kering jenis kase berkisar Rp35 ribu hingga Rp40 ribu, dengan harga normal Rp25 ribu hingga Rp30 ribu per kilogram.

"Untuk ikan maco mengalami kenaikan drastis, dari Rp8 ribu menjadi Rp14 ribu hingga Rp17 ribu per kilogram," kata Rodi.

Meski mengalami kenaikan harga, Rodi mengaku pesanan ikan kering ke tempat usahanya justru mengalami peningkatan.

Saksikan juga video pilihan berikut ini: