Sukses

Kabar Orangutan di Tengah Ancaman Kebakaran Hutan Kalimantan

Orangutan tersebut tidak sengaja terlihat saat pekerja kebun sedang membersihkan semak-semak yang ada di sekitar kebun

Liputan6.com, Ketapang - Sehari sebelum peringatan Hari Orangutan Sedunia, tim gabungan Wildlife Rescue Unit (WRU) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I dan IAR Indonesia disibukkan dengan kegiatan penyelamatan dan translokasi satu individu orangutan jantan dewasa di kebun milik warga di Desa Sungai Pelang, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

Laporan mengenai keberadaan orangutan ini didapatkan dari seorang warga yang mengatakan bahwa ada orangutan di dalam kebun sawit yang berada di dekat Jalan Pelang-Tumbang Titi. Orangutan tersebut tidak sengaja terlihat saat pekerja kebun sedang membersihkan semak-semak yang ada di sekitar kebun.

Menanggapi laporan ini, tim Patroli Orangutan Protection Unit (OPU) IAR Indonesia melakukan verifikasi. Ketika dilakukan verifikasi, orangutan ini sudah tidak lagi berada di sana. Menurut informasi dari pekerja kebun, orangutan ini memang sering terlihat di lokasi kebun ini.

Tim akhirnya menemukan orangutan yang diberi nama Boncel ini dan memonitoring secara intensif sejak awal bulan Agustus. Melihat kondisi lokasi tempat ditemukannya orangutan dan berdasarkan citra satelit, jarak antara lokasi kebun dengan hutan besar cukup jauh sehingga orangutan ini tidak lagi bisa dihalau untuk kembali ke dalam hutan.

Menimbang kondisi ini dan mengingat potensi konflik manusia dengan orangutan yang mungkin dapat terjadi, tim IAR Indonesia dan BKSDA Kalbar serta Pemerintah Desa Sungai Besar memutuskan untuk mentranslokasi orangutan ini ke Hutan Desa Sungai Besar.

Translokasi orangutan yang diperkirakan berusia sekitar 30-40 tahun ini berjalan lancar. Setelah melewati serangkain pemeriksaan medis, drh. Andini, dokter hewan IAR Indonesia yang memeriksa Boncel ini menyatakan orangutan ini dalam kondisi sehat.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Konflik Orangutan dengan Penduduk

“Karena kondisi orangutan ini sehat dan tidak memerlukan perawatan lebih lanjut, maka kami bersama BKSDA Kalbar memutuskan untuk langsung mentranslokasikan mereka ke Hutan Desa Sungai Besar. Kami juga sudah berkoordinasi langsung dengan pihak pemerintah desa mengenai hal ini,” kata Kepala Program IAR Indonesia, Argitoe Ranting.

Hutan seluas lebih dari 6.500 hektare ini dipilih karena Boncel diperkirakan dari lokasi ini. Meskipun sukses memindahkan orangutan ke hutan yang lebih baik untuk kehidupannya, tranlokasi semacam hanyalah solusi sementara.

Translokasi ini tidak bisa mengurai akar permasalahan sebenarnya. Permasalahan sebenarnya terletak pada alih fungsi dan kerusakan hutan.

Ancaman terhadap kelangsungan hidup orangutan bertambah sejak kebakaran besar melanda sebagian besar wilayah di Ketapang. Hutan yang terbakar menyebabkan banyak orangutan kehilangan tempat tinggal dan dan sumber penghidupannya.

Orangutan-orangutan ini pergi meninggalkan rumahnya yang terbakar dan masuk ke kebun warga untuk mencari makan. Kondisi ini memicu tingginya jumlah perjumpaan manusia dengan orangutan yang tidak jarang menimbulkan konflik yang dapat merugikan orangutan dan manusia itu sendiri.

 

3 dari 3 halaman

Ancaman Kepunahan Orangutan

Direktur IAR Indonesia, Karmele L Sanchez, mengatakan, Hari Orangutan yang diperingati di seluruh dunia ini seharusnya menjadi pengingat bahwa kita semestinya bangga memiliki orangutan dan melakukan upaya sepenuh hati untuk melindungi dan menjaga mereka serta habitatnya. Namun sampai saat ini, konflik antara manusia dan orangutan masih saja terjadi.

“Potensinya bahkan cenderung meningkat. Konflik ini muncul karena orangutan kehilangan habitat yang merupakan rumah bagi mereka,” kata Karmele L Sanchez dalam siaran persnya.

Orangutan mencari makan ke kebun warga karena mereka tidak punya pilihan lagi akibat rumahnya yang musnah. Kehilangan habitat dan konflik dengan orangutan meningkat risiko penularan penyakit antara manusia dan orangutan.

Di masa pandemi ini, dia melihat bahwa konversi habitat dan kehilangan biodiversity serta peningkatan konflik dan interaksi satwa dan manusia menjadi faktor utama untuk meningkatkan risiko new emerging zoonotic diseases.

“Jika kita mau lindungi orangutan, dan kita mau menjaga manusia dari pandemik, kita harus menjaga Ekosistem dan alam. Kami berharap, melalui hari orangutan sedunia ini, manusia menyadari pentingnya hutan hujan bagi orangutan dan manusia itu sendiri,” kata Karmele L Sanchez.