Liputan6.com, Sikka - Derita Wihelmina Weti, janda tua terasa bertambah. Rumah peninggalan sang suami yang ditempatinya porak-poranda diterpa puting beliung, Kamis (20/8/2020) sekitar pukul 13.30 siang.
Kini, ia bersama anaknya terpaksa tinggal di gubuk reyot yang dibangun darurat. Ironisnya, warga RT 12/ RW 04, dusun Wairhabi, Desa Habi, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka ini, hingga kini belum mendapat bantuan.
Advertisement
Baca Juga
Ia mengaku sering mendapat bantuan sembako dari pemerintah. Tetapi untuk bantuan rehab rumah atau program bantuan sosial lainnya belum pernah didapat.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehari-hari bertani dan jadi tukang pijat panggilan. Dari jasa pijat, ia mendapat Rp25 ribu per orang. Uang tersebut digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
"Kalau untuk hasil kebun, tahun ini tidak ada hasil, karena hujan tidak menentu," ujar Mama Weti kepada wartawan, Jumat (21/8/2020).
Hari tua seharusnya menjadi waktu yang tepat untuk beristirahat dari segala macam aktivitas berat. Namun, kenikmatan waktu istirahat itu tidak dirasakan oleh ibu Weti, sebagaimana yang dirasakan lansia lain yang menikmati masa tua mereka.
Â
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Ditinggal Anak Merantau
Mama Weti masih harus terus berjuang menyambung hidup dengan bekerja sebagai petani dan tukang pijat orang sakit. Aktivitas tersebut, terpaksa masih ia jalankan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari bersama anaknya.
Sejak suaminya meninggal puluhan tahun lalu, Mama Weti hidup bersama kelima anaknya.
Namun, tiga orang anaknya kini berada di perantauan. Sementara satu anak laki-lakinya sudah berkeluarga dan tinggal di rumah lain bersama istrinya.
Saat ini, Mama Weti hidup bersama anak bungsunya di rumah sederhana, berdinding bambu berlantaikan tanah yang sudah reyot.
Ia berharap, bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk bisa membangun kembali rumahnya yang di terjang puting beliung.
Advertisement