Liputan6.com, Flores - Sudah 75 tahun Indonesia merdeka, namun kemerdekaan sesungguhnya belum dirasakan warga Wirung, Desa Nanga Meje, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur. Untuk melintas ke wilayah lain, warga di desa ini masih menggunakan jembatan titian bambu.
Jembatan yang terbuat dari titian bambu ini, merupakan akses satu-satunya yang berada di Kali Wae Mapar yang menghubungkan kampung Wirung, desa Nanga Meje dengan wilayah kabupaten Ngada.
Advertisement
Baca Juga
Selama kurang lebih 13 tahun, warga setempat terpaksa menggunakan jembatan darurat dari bambu yang lebarnya hanya satu meter sebagai salah satu akses untuk bisa beraktivitas.
"Jembatan titian bambu ini hampir roboh, karena stuktur fisik dan rangka kurang kokoh dihantam aliran air saat musim hujan," ujar Antonius, warga setempat kepada wartawan, Minggu (23/8/2020).
Ia mengatakan, jembatan titian bambu itu sudah berusia belasan tahun. Pembangunan titian itu dilakukan gotong royong warga setempat, karena merupakan satu-satunya akses yang bisa digunakan.
"Setiap tahunnya kami memperbaikinya secara bergotong royong," katanya.
Kepala Desa Nanga Meje, Arnoldus Sero Leko mengatakan, untuk membangun jembatan itu, pihaknya pernah mendapatkan bantuan dari Bangdes tahun 2012. Dana tersebut digunakan untuk pembuatan jembatan menggunakan besi secara darurat. Namun, dalam perjalanannya, jembatan tersebut roboh diterjang arus air.
"Sekarang hanya tersisa puing-puing bekas besi penyangga," katanya.
Karena rusak, masyarakat terpaksa membangun jembatan darurat dari bambu, agar mobilitas tetap berjalan lancar meskipun tak bisa dilalui kendaraan.
Ia mengaku pernah mengajukan proposal bantuan ke Pemprov NTT, namun hingga kini belum ada jawaban. Ia berharap, pembangunan jembatan ini bisa secepatnya mendapat perhatian dari Pemerintah Provinsi NTT atau Pemda Manggarai Timur.
"Ini keluhan kami agar pemerintah daerah secepatnya dibuatkan jembatan baru dengan konstruksi yang lebih kokoh dan berukuran besar," tandasnya.