Sukses

Menguak Cerita di Balik Kokohnya Benteng Gunung Putri di Lembang Bandung

Benteng Gunung Putri merupakan benteng peninggalan Belanda yang terletak di Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Liputan6.com, Bandung - Jika mendengar kata Lembang, ingatan akan selalu terbayang kawasan wisata berhawa sejuk dan memiliki pemandangan alam yang indah seperti Gunung Tangkuban Parahu atau Situ Lembang. Namun, jika mendengar benteng peninggalan Belanda di Lembang  rasanya belum banyak yang mengetahuinya.

Salah satunya Benteng Gunung Putri yang berada di Desa Jayagiri. Gunung Putri sendiri kini dikenal sebagai tempat berkemah.

Benteng Gunung Putri merupakan bangunan yang berfungsi sebagai pertahanan sekaligus memantau kedatangan musuh. Hal itu terlihat dari bentuk fisik bangunan yang mempunyai lubang pantau dan jalur-jalur kecil yang berfungsi sebagai jalan keluar dari persembunyian.

Letak Benteng Gunung Putri sendiri berada di puncak perbukitan. Dari tugu Sespim, tinggal berjalan kaki mengarah ke barat.

Tepat di depan benteng terdapat gapura atau gerbang melengkung. Sedangkan di kanan kirinya terdapat sebuah tangga.

Setelah melewati gapura, terdapat blok utama yaitu bangunan dengan dua lubang angin pada bagian depan dan dua pintu masuk. Saat Liputan6.com mengunjungi benteng ini, Kamis (20/8/2020), kondisinya kurang terawat dan banyak ilalang yang menutupi bangunan.

Memasuki salah satu pintu masuk bangunan tersebut, terdapat ruangan yang disekat. Luasnya sekitar 3x4 meter. Bagian dinding sendiri terbuat dari beton bertulang dan semen setebal satu meter. Namun beberapa bagian beton sudah mengelupas serta bagian dalam dindingnya dipenuhi coretan tak jelas.

Bergeser ke atas bagian benteng, terdapat sebuah tugu perjuangan "Tradisi Belanegara". Pada tugu tersebut tertera tanggal peresmian pada 11 September 2015. Di luar tugu tersebut, tak ada penanda yang memberikan informasi terkait asal-usul benteng.

Menyusur ke bagian lain, di dekat tugu perjuangan terdapat sebuah bangunan berbentuk mirip sumur. Diperkirakan tempat tersebut menjadi lokasi untuk memantau serangan udara.

Setelah menjelajahi ke beberapa bagian lain di lokasi benteng ini, terdapat sekitar tiga hingga empat blok benteng yang satu sama lainnya terpisah. Selain itu, terdapat jalur kecil di sekitaran benteng yang menuju ke arah hutan bagian selatan.

Secara umum, kompleks benteng ini merupakan bangunan tua yang sudah lama terpendam namun beberapa di antaranya masih berdiri kokoh. Tidak adanya penanda di sekitar lokasi ditambah kondisinya sekarang terbengkalai dan tertutupi ilalang serta tanah membuat orang kesulitan untuk mengetahui seberapa luas bangunan ini. Dengan demikian, agak sulit menggambarkan Benteng Gunung Putri ini secara keseluruhan.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Benteng sebagai Pertahanan

Salah seorang warga Desa Jayagiri, Dede Sukmara (54) menuturkan, pembangunan benteng diinisiasi Belanda untuk menghalau musuh. Bandung sendiri sejak awal abad ke-19 telah dijadikan sebagai pusat militer Belanda yang ditandai dengan pendirian markas militer, rumah sakit, barak, hingga stasiun kereta api.

"Belanda ini punya inisiatif bahwa dia akan diserang musuh. Maka di sini dibangunlah benteng sebagai posko pantau untuk mengantisipasi jika suatu waktu musuh datang dari arah Subang (utara)," ucap Dede saat ditemui, Kamis (20/8/2020).

Perkiraan Belanda bahwa mereka akan diserang terbukti dengan masuknya Jepang pada 1942. Melalui serangan darat dan udara dari wilayah utara, tentara Jepang berhasil menguasai pangkalan udara Kalijati.

Sekitar Maret 1942, Jepang berhasil menembus hingga ke Subang. Di kawasan Ciater, terjadi pertempuran sengit antara pasukan KNIL melawan pasukan Jepang yang dikomandoi Kolonel Shoji. Pertempuran selama tiga hari itupun berakhir dengan mundurnya pasukan KNIL berbarengan dengan pernyataan menyerahnya Hindia Belanda ke tangan Jepang di Subang.

Dari peristiwa tersebut, puluhan tentara KNIL yang ada langsung dieksekusi tentara Jepang. Namun sebagian lagi ada yang melarikan diri termasuk melewati rute Benteng Gunung Putri hingga menuju ke arah selatan.

"Sebelum 1942, mungkin intelijen Jepang sudah masuk ke Hindia Belanda dan juga mungkin ada bantuan orang lokal jadi itu ketahuan posisi benteng itu. Makanya, ketika diserbu benteng oleh Jepang benteng itu ketahuan padahal dulu kondisinya sangat tersembunyi," ujar Dede.

Dede menuturkan, selain Benteng Gunung Putri ada beberapa benteng yang dibangun Belanda di sekitaran Lembang. Seperti Benteng Mekarsaluyu di Maribaya, Benteng Pasir Ipis di Jayagiri yang tak jauh dari Gunung Putri. Bahkan ada benteng yang sengaja dibangun di lereng bukit Gunung Burangrang.

"Makanya jalan di sini (Gunung Putri) ada beberapa jalan yang bisa menyambungkan ke Cikole, Jayagiri, hingga ke Sukawana. Dulu, disebut sebagai jalur kawat, fungsinya untuk melarikan diri kalau-kalau diserang musuh," ujar Dede.

Selain menyimpan objek wisata sejarah, keberadaan Gunung Putri juga terkait legenda atau warga di sini menyebutnya sasakala, yang menyelimuti keberadaan bukit kecil tersebut. Legenda yang dimaksud adalah Sangkuriang dan Dayang Sumbi.

Gunung Putri dalam sasakala Sangkuriang dikisahkan sebagai tempat persembunyian atau larinya Dayang Sumbi saat dikejar-kejar oleh Sangkuriang yang tak lain adalah anaknya sendiri, karena ngotot ingin menikahi ibu kandungnya.

Begitu dikejar Sangkuriang setelah gagal membuat perahu sesuai waktu yang ditentukan, Dayang Sumbi melarikan diri dan mendadak menghilang di Gunung Putri. Konon, di sana berubahlah ia menjadi setangkai bunga Jaksi.

3 dari 3 halaman

Dekat dengan Gunung Tangkuban Parahu

Ihwal tahun dibangunnya Benteng Gunung Putri, beberapa literatur menyebutkan bahwa Benteng Jayagiri dibangun sekitar tahun 1913-1917. Namun, menurut Dede, pembangunan benteng tersebut sudah ada jauh sebelumnya.

"Sekitar 1906 sudah ada pemeriksaan bahwa Gunung Tangkuban Parahu akan meletus. Jadi Belanda sudah bikin benteng itu untuk penampungan pengungsi karena letusan Tangkuban Parahu," ujar Dede.

Menurut Dede, jarak sekitar satu kilometer dari benteng terdapat sebuah kampung yang dulunya bernama Kampung Cilameta. Begitu selesai dua tahun dibangun, terjadi erupsi Tangkuban Parahu. 

Soal keberadaan benteng diakui Dede berdasarkan cerita dari kakeknya, Pandi, yang dulu bekerja pada seorang pemilik perusahaan susu sapi yang terletak di Pasir Junghuhn Lembang bernama De Batavchc Buer kepunyaan G.B. Walter.

Dede berharap Benteng Gunung Putri mendapat perhatian dari pemerintah. Sebab, keberadaannya di kawasan wisata, punya potensi untuk mendatangkan pengunjung yang ingin mengeksplorasi benteng bernilai sejarah.

"Di dalam beteng kemungkinan masih ada gudang rahasia yang kalau digali dibersihkan mungkin ada ketemu gudang. Kalau bungker dikelola bisa dipakai untuk wisata sejarah," ujarnya.