Liputan6.com, Palembang - Kerinduan berkumpul dan belajar di dalam kelas di sekolahnya, menggelayuti pikiran Rini (17). Remaja asal Kota Palembang Sumatera Selatan (Sumsel) ini terpaksa putus sekolah, usai divonis mengidap Tumor Mandibula oleh dokter.
Tumor Mandibula dialami Rini selama satu tahun terakhir. Benjolan sebesar kepala di kerongkongannya, membuat Rini tidak bisa banyak berkomunikasi dan sulit berbicara.
Advertisement
Baca Juga
Rini pun hanya bisa berdiam diri di kediaman kedua orangtuanya, di Jalan Ki Kemas Rindo Kelurahan Kemas Rindo Kecamatan Kertapati Palembang.
Rudi, paman Rini mengatakan, saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas 1 di Palembang, Rini nekat mencabut gigi taring bawahnya yang goyang dengan tangannya sendiri.
“Sejak dia berhasil mencabut gigi bawahnya, gusi Rini membengkak dan semakin membesar. Dia juga merasakan sakit yang luar biasa di bagian kerongkongannya setiap hari,” ucapnya, saat ditemui di kediaman Rini, Selasa (25/8/2020).
Karena kondisinya yang tidak memungkinkan beraktivitas di luar rumah, Rini terpaksa harus istirahat belajar di sekolah.
Tumor Mandibula membuat aktivitas sehari-hari Rini di rumahnya serba terbatas. Dia hanya melakukan ibadah, mandi, makan dan tidur saja. Karena rasa nyeri masih dirasakan Rini setiap harinya.
“Rini sulit kemana-mana, dia juga hanya bisa mengangguk atau menggeleng ketika diajak mengobrol. Kalau duduk saja tidak bisa berlama-lama, karena benjolan di kerongkongannya berat, jadi kebanyakan berbaring di kasur saja,” ujarnya.
Anak ketiga pasangan Senen dan Fatmawati ini, sudah melakukan pengobatan di berbagai rumah sakit. Namun hingga kini, tidak ada tindak lanjut lagi karena perekonomian keluarganya terbatas.
Hingga Rini dibawa ke salah satu rumah sakit besar di Kota Palembang, sekitar tiga bulan lalu. Pihak rumah sakit menjanjikan akan menghubungi orangtua Rini, untuk segera dioperasi.
“Dokter bilang Rini mengidap Tumor Mandibula, katanya akan menghubungi kami. Tapi sudah tiga bulan kami menunggu, pihak rumah belum kasih kabar ke kami,” katanya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :
Tak Punya KIS
Kondisi diperparah karena Rini tidak mengantongi Kartu Indonesia Sehat (KIS) BPJS Kesehatan. Ayahnya Senen, hanya bekerja sebagai kuli bangunan. Sedangkan ibu Rini, beraktivitas sehari-hari sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT).
Kediamannya pun sangat sederhana. Rumah orangtua Rini dibangun semi permanen, di atas lahan rawa-rawa, yang berpotensi banjir jika musim hujan.
Ibu Rini Fatmawati menuturkan, ketidakmampuan perekonomian membuat mereka hanya pasrah dengan kondisi Rini.
Dia berharap pihak rumah sakit segera memberi kabar baik kepadanya, agar puteri kesayangannya ini bisa segera dioperasi dan mampu beraktivitas seperti biasanya.
“Kami tahu jika butuh proses, dari pihak rumah sakit tidak bisa langsung. Tapi kami ingin Rini segera dioperasi, agar dia tidak kesakitan lagi dan bisa bersekolah,” ujarnya.
Advertisement