Liputan6.com, Garut - Ratusan hektare lahan pesawahan yang berada di Kampung Bangkonol, Desa Sukawening, Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut, Jawa Barat, terancam kekeringan akibat tidak adanya sumber air di kawasan itu.
Saluran irigasi yang dibangun Kementerian PUPR di area itu, justru menjadi masalah baru akibat tidak adanya pasokan air yang bisa digunakan petani sekitar. Warga rela menunggu hingga dini hari jatah pembagian satu-satunya saluran air yang mengalir, untuk mengaliri sawah mereka.
Baca Juga
Ketua Kelompok Tani 'Warga Tani' Desa Sukaweing Dana Supriadi mengatakan, keluhan minimnya pasokan air yang melanda area persawahan Kampung Bangkonol, Sukaweing, Garut sudah berlangsung lama.
Advertisement
"Sejak dulu cerita dari orangtua kami pun kendalanya sama, ketiadaan air," ujarnya, dalam obrolan hangatnya dengan Liputan6.com, Selasa (25/8/2020).
Awalnya Dana seorang diri menyampaikan keluh kesahnya, tetapi sesaat kemudian beberapa petani warga Bangkonol, ikut nimbrung menyampaikan unek-uneknya mengenai kesulitan sumber air, untuk mengaliri area persawahan mereka.
Menurutnya, persoalan ketiadaan sumber air merupakan masalah serius yang dihadapi masyarakat kampung Bangkonol sejak lama.
"Kadang kalau pasokan air kecil, dan kami tidak sabar menunggu akhirnya berakhir dengan pertengkaran," ujar dia.
Selama ini sekitar 1.800 hektare area persawahan yang berada di desa Sukawening, masih menggantungkan pasokan air tadah hujan, termasuk pasokan situ Cipeucang, sebuah penampungan air yang lebih tepat disebut kolam warga, yang sejak lama menjadi tabungan masyarakat sekitar, untuk mengairi lahan pertanian.
"Kami sering sampaikan ke pihak penyuluh, namun tetap tidak ada perubahan," ujarnya.
Dari jumlah itu, saat ini sekitar 350 hektare lahan persawahan di antaranya, mulai menunjukkan tanda kekeringan akibat semakin rendahnya pasokan air yang mengaliri pesawahan mereka.
"Bagi petani yang tidak mau repot, biasanya dibiarkan saja (kering) lahannya meskipun baru ditanami," ungkap dia.
Hal senada disampaikan Mamat, petani lainnya. Persoalan air di wilayah Bangkonol yang berlangsung turun-temurun tersebut, hingga kini belum mendapatkan solusi tepat.
"Sebenarnya sudah ada aliran irigasi, namun bukannya lebih mudah tapi malah menimbulkan masalah baru," kata dia.
Saluran irigasi yang rencananya mendapatkan pasokan dari situ Bagendit, Kecamatan Banyuresmi, justru malah mematikan saluran pengairan warga, karena letaknya yang membelah area pesawahan warga.
"Sekarang air yang awalnya besar, malah hilang sebab terputus oleh irigasi, sementara irigasinya sendiri tidak ada airnya," kata dia.
Â
Simak Video Pilihan Berikut:
Solusi Jangka Pendek
Seiring masuknya musim kemarau, ia berharap pemerintah segera memberikan solusi jangka pendek, agar lahan pertanian warga bisa diselamatkan.
"Minimal buat dulu sumur pantek atau sumur artesis lah," pinta Mamat.
Sebagai salah satu daerah lumbung pangan di wilayah kecamatan Sukawening, ketiadaan sumber air cukup mengganggu masyarakat.
"Katanya harus membantu ketahan pangan, ini malah sumbernya saja tidak ada," ujar Dana, kembali mengkritik pemerintah.
Untuk menjawab persoalan air di wilayah Bangkonong, ada dua hal yang bisa segera dilakukan pemerintah, yakni pembangunan sumur artesis atau pantek istilah warga sekitar, serta pembangunan pintu air jalur irigasi di situ Cipeucang.
"Jika kemarau tiba, kami swadaya menutup situ untuk mengumpulkan air, untuk selanjutnya dialirkan ke area pesawahan milik kami," ungkap dia.
Meskipun kecil dan jauh dari harapan, tetapi keberadaan pasokan air dari situ cukup membantu lahan pertanian warga Bangkonol.
"Kami minta minimal bangun dulu sumur pantek, sebab kekeringan sudah sangat dirasakan," pinta Dana.
Untuk mengakali rendahnya debit pasokan air dari situ Cipeucang, puluhan petani di Kampung Bangkonong terpaksa membagi jadwal pasokan dengan warga kampung sekitar.
"Kami mendapatkan jadwal (pasokan) dari jam 16.00 sore hingga pukul 06.00 pagi esok hari, sisanya warga kampung lain," ujar dia.
Saat pasokan datang, mereka rela melakukan ronda malam untuk mengamankan area sawahnya masing-masing.
"Makanya kami selalu ingatkan sabar, sabar dan ikuti aturan, jika tidak atau main tutup air, biasanya sampai berkelahi," papar dia.
Advertisement
Ancaman Alih Fungsi Lahan
Dana menyatakan, persoalan rendahnya pasokan air di kampong Bangkonol harus segera direspon pemerintah, terlebih sejak daerah itu dikenal sebagai daerah subur pertanian warga.
"Jika persoalan tetap dibiarkan, jangan salahkan masyarakat jika suatu saat area pertanian ini jadi pemukiman warga," ujar dia.
Awalnya tahun ini, puluhan warga Bangkonol mendapatkan angin segar mendapatkan bantuan pembangunan sumur pantek atau artesis, dari Kementerian PUPR, tetapi nahas tanpa alasan yang jelas program tersebut batal.
"Katanya dialihkan ke Lampung, kok bisa (dialihkan) padahal warga kami sangat menunggu," ujar dia.
Akhirnya warga kecewa, sehingga tidak sedikit yang meninggalkan area garapannya, meskipun telah ditanami bibit padi. "Daripada ribut apalagi bertengkar ya biarkan saja," ujarnya.
Dana mengaku sebenarnya ada satu warga yang memiliki sumur pantek, tetapi luasnya lahan yang dimiliki warga tidak sebanding dengan pasokan air yang bersumber dari lahan milik pribadi tersebut.
"Kadang jika kemarau cukup panjang, malah hanya dipakai buat mengairi lahan pemilik sumur tersebut," ungkap dia.
Kepala Dinas Pertanian Garut Beni Yoga Gunasantika mengakui gagalnya pembangunan sumur pantek di area kampong Bangkonol.
"Memang awalnya Garut dan Jawa Barat masuk dalam program Perluasan Area Tanam Baru (PATB), namun setelah dievaluasi pemerintah pusat, ternyata tidak dimungkin tahun ini dan dipindah ke Lampung," kata dia.
Namun meskipun demikian, melihat pentingnya sumber pasokan air warga Bangkonol, lembaganya langsung mengarahkan penggunaan sumber anggaran dari kas APBD Garut.
"Besok atau Jumat kita akan survei lokasi, dan mungkin minggu-minggu depan sudah mulai kita laksanakan pengeboran," ujarnya.
Dengan upaya itu, keluhan warga Bangkonol segera mendapatkan perhatian pemerintah, terutama saat memasuki kemarau tahun ini.
"Kita lihat dulu potensi airnya, jika banyak mungkin saja bisa lebih dari satu, dan juga kita lihat disesuaikan dengan anggaran yang ada," ujar dia.