Liputan6.com, Denpasar Bali menjadi Provinsi dengan angka tertinggi penurunan ekononomi secara nasional terdampak pandemi Covid-19. Pada Bulan Agustus 2020 Bali mengalami deflasi. Di mana deflasi adalah satu fenomena ekonomi yang menunjukkan penurunan harga suatu barang atau jasa terus menurun dalam kurun waktu yang relatif singkat. Namun, turunnya harga suatu barang atau jasa berimbas pada sector lain seperti menurunnya upah pekerja.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali, Trisno Nugroho mengatakan jka bali tengah berada di situasi deflasi pada bulan Agustus 2020. “Penurunan harga pada kelombok harga makanan bergejolak. Sedangkan kelompok inflasi inti menunjukkan peningkatan,” kata Trisno di Denpasar, Rabu (2/9/2020).
Menurut catatan BPS, Provinsi Bali deflasi sebesar -0,16 persen (mtm), masih menunjukkan deflasi dari bulan sebelumnya (-0,39 persen (mtm)). Deflasi Bali lebih dalam dibandingkan dengan deflasi Nasional yang tercatat sebesar -0,05 persen (mtm). Deflasi terjadi di 2 (dua) kota IHK yaitu Denpasar sebesar -0,12 persen (mtm) dan kota Singaraja sebesar -0,42 persen (mtm). Secara tahunan, inflasi Bali tercatat sebesar 0,49 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan Nasional yang sebesar 1,32 persen (yoy).
Advertisement
Kelompok volatile food (makanan bergejolak) mengalami deflasi sebesar -2,01 persen (mtm), lebih dalam jika dibandingkan dengan Juli 2020 (-1,37 persen, mtm). Penurunan terdalam berlanjut untuk komoditas daging ayam ras, bawang merah, dan pisang. Turunnya harga bawang merah terjadi seiring dengan sudah dimulainya panen bawang merah di berbagai sentra nasional di tengah permintaan yang stabil. Adapun penurunan harga daging ayam disebabkan oleh normalisasi pasokan pasca langkanya daging ayam pada semester I 2020.
Kelompok barang administered price tercatat deflasi sebesar -0,50 persen (mtm). Penurunan tekanan harga pada kelompok ini disebabkan oleh turunnya tarif angkutan udara. Penurunan ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh maskapai untuk meningkatkan jumlah penumpang.
BI Optimis Inflasi Bulan September 2020 Terkendali
Kelompok barang core inflation pada bulan Agustus mencatat inflasi sebesar 0,34 persen (mtm), naik dibandingkan dengan bulan Juli yang deflasi sebesar -0,11 persen (mtm). Peningkatan ini terjadi terutama didorong oleh peningkatan harga emas perhiasan, canang sari, dan air kemasan. Peningkatan harga emas perhiasan disebabkan oleh peningkatan harga emas dunia yang masih berlanjut akibat re-emergence Covid-19 di beberapa negara.
Sementara itu, naiknya harga canang sari sejalan dengan mulai dibukanya industri pariwisata serta menyambut rangkaian hari raya Galungan dan Kuningan.
Bank Indonesia memperkirakan inflasi pada September 2020 akan tetap terkendali. Meskipun demikian, adanya Hari Raya Galungan dan peningkatan kegiatan pariwisata pada September 2020 berpotensi memberikan tekanan harga. Menghadapi potensi tantangan tersebut, Bank Indonesia Provinsi Bali akan tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) guna memastikan inflasi terjaga dalam kisaran sasaran nasional.
TPID Kabupaten/Kota dan Provinsi Bali senantiasa berupaya menjalankan program 4K (kestabilan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif) serta mendukung program Pemerintah untuk meningkatkan penyerapan komoditas pertanian utamanya hortikultura dengan berbagai program, seperti Pasar Gotong Royong, yang tentunya tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Advertisement