Sukses

Teka-teki Temuan Tengkorak Kucing Besar Mirip Harimau Jawa

Tengkorak hewan diduga jenis kucing besar seperti macan tutul dan bahkan harimau jawa dikirim ke Pusat Penelitian Biologi LIPI di Bogor.

Liputan6.com, Malang - Tengkorak hewan diduga jenis kucing besar seperti macan tutul atau harimau jawa ditemukan di aliran Sungai Kalimetro di Merjosari, Kota Malang. Untuk memastikannya, tengkorak dikirim ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Temuan itu memantik penasaran warga. Ada yang menduga itu tengkorak kepala macan tutul atau macan kumbang (Panthera pardus melas), dan bahkan ada yang menyebut sebagai kerangka harimau jawa (Panthera tigris sondaica).

Tengkorak itu ditemukan Lulut Edi Santoso, seorang guru seni SMA Negeri di Kota Malang, pada Jumat, 4 September 2020 malam. Saat Lulut yang juga pegiat sejarah, sedang menyisir Sungai Metro mencari benda purbakala.

Tengkorak diserahkan ke warga Joyosuko Metro, Merjosari, Kota Malang. Warga lapor ke Kantor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Jawa Timur. Setelah dicek, tengkorak dikirim ke Pusat Penelitian Biologi LIPI guna memastikan hewan apa sebenarnya yang memiliki tengkorak itu.

"Struktur tulang menyerupai jenis satwa kucing besar, tapi ini masih dugaan. Apa tepatnya, lebih baik tunggu hasil LIPI," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah VI KSDA Probolinggo, Mamat Ruhimat di Malang, Senin, 7 September 2020.

Hasil pengukuran, bagian belakang setinggi 13 sentimeter, bagian depan 5 sentimeter, panjang 15 sentimeter. Sementara lebar tengkorak bagian depan 8 sentimeter dan belakang 21 sentimeter. Saat ditimbang, berat tengkorak mencapai 8 ons.

Sayang tengkorak tidak dalam kondisi utuh, beberapa bagiannya sudah hancur. Tidak tampak tulang menonjol mirip taring. Namun ukurannya yang dinilai lumayan besar memicu teka–teki keingintahuan.

Uji laboratorium di LIPI butuh setidaknya 1 bulan. Termasuk tes DNA tengkorak akan memastikan apakah itu satwa biasa atau tepat seperti dugaan yakni harimau jawa atau macan tutul. Sekaligus akan menegaskan apa penyebab hewan itu mati.

"Ini baru kali pertama ada laporan penemuan tengkorak diduga hewan liar. Kemungkinan mati bukan karena perburuan," ujar Mamat.

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Habitat Macan

Bagi warga Joyosuko, Merjosari, Kota Malang, hasil uji laboratorium akan sangat berguna. Bukan hanya untuk memastikan apakah itu benar kucing besar atau satwa biasa, tapi juga demi menggali sejarah desa.

"Dari keterangan sejarawan, di kampung kami ada peradaban lama pra-Singasari. Temuan tengkorak satwa akan menambah khazanah sejarah itu," ujar Luthfi Jayadi Kurniawan, salah satu tokoh warga Joyosuko.

Sekaligus jadi pesan penting bagi masyarakat tentang pentingnya upaya konservasi lingkungan. Perkembangan peradaban harus seiring dengan keberlangsungan lingkungan sekitar, termasuk menyelamatkan satwa–satwa liar.

Di beberapa wilayah Malang Raya masih ada habitat macan tutul maupun kucing hutan. Hutan di kawasan Malang Selatan, hutan di Pulau Sempu sampai di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, termasuk di kawasan lereng Gunung Kawi.

"Habitat macan tutul di Malang masih ada. Masyarakat pernah melaporkan berjumpa dengan macan," ujar Mamat Ruhimat.

Soal perburuan satwa liar jenis macan tutul, ia tak pernah menemukan kasus itu. Perburuan satwa secara ilegal biasanya menyasar kera ekor panjang sampai kijang. Beberapa minggu lalu, temuan kulit kera juga sempat membuat heboh warga Malang.