Liputan6.com, Sikka - Pulau Koja Doi memiliki potensi alam bahari yang sangat luar biasa. Kehidupan masyarakat yang sudah sadar akan pentingnya memelihara terumbu karang dan biota laut lainnya, membuat Desa Koja Doi semakin dikenal oleh wisatawan.
Pulau yang berada di wilayah kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini dapat ditempuh setengah jam dari pelabuhan Laurens Say, Maumere dengan kapal cepat.
Advertisement
Baca Juga
Hal unik yang ada di Koja Doi adalah jembatan batu sepanjang 680 meter yang menghubungkan dusun Kojagete di daratan sebelah utara dan dusun Kojadoi di Pulau Kojadoi di sebelah selatannya. Jembatan ini terbuat dari campuran batu dan karang yang dibangun oleh TNI AD pada tahun 1979.
Meningkatknya jumlah kunjungan wisatawan ke desa Koja Doi yang merupakan sebuah desa wisata di wilayah gugus pulau Teluk Maumere, membuat masyarakat mulai mendapatkan keuntungan.
Desa Koja Doi ini juga bukan hanya dikenal dengan keindahan alamnya. Potensi ini dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk menjual kerajinan kain tenun ikat.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Potensi Kunjungan Wisatawan Asing
Jua Juwaeni, warga pulau Koja Doi, mengatakan ia mulai membangun tempat jualan kain tenun sejak tahun 2019 lalu. Ia membuka usaha saat mengetahui banyak wisatawan asing mulai datang ke Koja Doi.
Sejak meningkatnya kunjungan wisatawan sebelum wabah Covid-19, dalam sebulan ia bisa menjual kain tenun asli Koja Doi minimal 40 lembar.
"Saat ini jumlah kunjungan belum seberapa, karena Covid, sehingga wisatawan belum datang," katanya, kepada Liputan6.com, Selasa (8/9/2020).
Kain tenun ikat yang dijualnya merupakan hasil tenun sendiri. Selain itu ia pun menampung hasil tenun warga lainnya untuk dijual ke wisatawan yang datang berkunjung.
“Kalau sudah normal, pasti banyak wisatawan sehingga banyak yang beli kain tenun kami. Biasanya kami menjualnya ke pasar di kota Maumere atau ke kabupaten Ende dan Lembata,” ujarnya.
Advertisement
Daftar Harga Kain Tenun Koja Doi
Juwaeni menjelaskan harga kain tergantung dari jenis benang yang dipergunakan untuk menghasilkan sebuah kain tenun.
Bila memakai benang jahit, harganya Rp400 ribu selembar, sedangkan benang sutra dijual dengan harga Rp350 ribu selembarnya. Termurah Rp300 ribu selembar bila mempergunakan benang jenis Lado.
“Kami juga menjual taplak meja dengan harga Rp150 ribu selembar. Ada juga selendang yang mempergunakan tulisan seharga Rp100 ribu selembar dan Rp75 ribu selembar untuk yang polos atau tidak ada tulisannya,” dia menjelaskan.
Nino, penenun lainnya yang juga warga pulau Koja Doi mengaku membuat kain tenun Koja Doi dengan warna-warna cerah memang tidak membutuhkan waktu lama. Dalam seminggu, ia bisa dihasilkan satu lembar kain tenun. Bahkan bila fokus menenun seharian, ia bisa mendapatkan dua lembar dalam sepekan.
Selain ramah, untuk membuat betah wisatawan, warga meminjamkan kain tenun gratis kepada wisatawan terutama wisatawan asing untuk dikenakan selama mengunjungi desa Koja Doi.
Untuk lapak penjualan kain tenun, warga setempat membangun rumah panggung dari bahan bambu dan dibuat terbuka.
Disiapkan juga kursi dari batang kayu berbentuk bulat sebagai tempat duduk bagi pengunjung yang datang ke tempat jualan yang berjarak sekitar 50 meter dari dermaga La Malino Koja Doi.