Sukses

Menjaga Sungai, Merawat Kehidupan ala Komunitas Mancing Banjarnegara

Selain eksploitasi yang tak ramah lingkungan, kerusakan hutan di daerah hulu juga memicu sedimentasi sungai

Liputan6.com, Banjarnegara - Keringat mulai menetes dari kening Joko Sedoyo. Ia dan puluhan komunitas Mahseer Adventure dan Komunitas Mancing Mania Banjarnegara (KMMB) menuruni jalan setapak yang membelah tebing menuju lembah daerah aliran sungai Kaliurang, Desa Prendengan Kecamatan Banjarmangu, Minggu (6/9/2020).

Di lembah sungai itu, mereka melepas puluhan ribu benih ikan dari puluhan gelembung kantong plastik. Menebar benih ikan menjadi cara para pehobi mancing mewujudkan imaji akan sungai yang lestari. Selama ini mereka menjadi saksi kerusakan lingkungan sungai akibat ulah para pemancing illegal.

Mereka menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan ikan. Mereka tak segan menyetrum ikan, meracun dengan potasium, hingga meledakkan bom di dasar sungai.

Ketiga cara ini tak sekadar mematikan ikan kecil yang menjadi harapan keberlangsungan populasi ikan di sungai, namun juga merusak keseimbangan ekosistem sungai. Sebab, setrum, racun dan bom ikan juga mematikan kekayaan ragam hayati lain yang menjaga keseimbangan alam.

“Racun menjadi cara yang paling berbahaya,” kata Joko.

Selain eksploitasi yang tak ramah lingkungan, kerusakan hutan di daerah hulu juga memicu sedimentasi sungai. Pendangkalaan sungai secara otomatis merusak habitat ikan dan aneka ragam hayati sungai yang lain.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Upaya Pemulihan Ekosistem Sungai

Pengetahuan tentang fakta kerusakan daerah aliran sungai berubah menjadi keresahan. Perlahan muncul kesadaran pentingnya memulihkan ekosistem sungai. Kesadaran ini yang kemudian menggerakkan mereka untuk bertindak.

Mereka memulai dengan ajakan menjaga kelestarian sungai di internal komunitas mancing mania. Mereka kemudian menyusun rencana memulihkan populasi ikan di sungai.

Merekapun mulai mengumpulkan dana secara sukarela. Hasilnya mereka gunakan untuk membeli benih ikan yang kemudian dilepas di sungai.

“Mulanya dari obrolan ringan biasa sambil ngopi, terus muncul ide patungan buat beli benih ikan yang nanti disebar di sungai,” ujar ketua Komunitas Mancing Mania Banjarnegara ini.

Semula Joko dan kawan-kawan hanya bekerja sama dengan Pemerintah Desa Prendengan. Namun ketika bertemu seorang jurnalis dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Purwokerto, rencana yang semula hanya menyebar benih ikan berubah.

Joko cs kemudian diajak membuat dialog interaktif dengan warga. AJI membantu memfasilitasi pembicara. Tujuannya membuka kesadaran warga pentingnya menjaga kelestarian sungai.

 

3 dari 3 halaman

Dukungan AJI Purwokerto dan Sejumlah Pihak

Diskusi bertema “Merawat Sungai, Menjaga Kehidupan” berlangsung di Aula Kantor Desa Prendengan. Hadir sebagai pembicara, yakni perwakilan Dinas Pertanian, Perikanan dan Ketahanan Pangan Banjarnegara, PT Indonesia Power, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDAS HL) Serayu Opak Progo, dan Politeknik Banjarnegara.

Selain menyebar benih, mereka juga menggalakkan penghijauan dengan menanam bibit pohon dan rumput Vertifer di tepi sungai Urang. BPDAS HL Serayu Opak Progo turut menyumbang benih ikan yang diambil di rumah persemaian Politeknik Banjarnegara.

Setelah benih dilepas, mereka sepakat untuk tidak memancing selama enam bulan di lokasi penyebaran ikan. Pihak desa juga melarang aktivitas penangkapan ikan dengan berbagai cara di lokasi itu. Tujuannya menjaga benih ikan agar tumbuh besar.

Selain itu, kerusakan ekosistem sungai perlahan pulih. Mereka akan kembali enam bulan kemudian saat kondisi sungai telah berubah. Ikan-ikan yang enam bulan lalu masih kecil, tumbuh besar dan siap dipancing.

Sementara Sekretaris Bidang Advokasi AJI Purwokerto Khoirul Muzakki mengatakan, AJI Purwokerto tak sekadar memperjuangakan ihwal kejurnalistikan.

Melalui jurnalisme, AJI juga mengemban misi advokasi, di antaranya advokasi terhadap kelestarian alam. Sjatinya, sebagian warga masih memiliki kepedulian menjaga lingkungan.